Saturday, May 26, 2018

Game Level 11: Learning by Teaching Fitrah Seksualitas (Day 9)

Hari kesembilan yang melakukan presentasi adalah Kelompok 9, terdiri dari Mba Erlina Ayu Pratiwi, Mba Ika Peronika, dan Mba Tri Heryani. Presentasinya dilakukan kemarin hari Jumat, 25 Mei 2018, pukul 05.00. Tetapi saya baru bisa khusyuk membaca besok malamnya.

Berikut presentasi Kelompok 9 dengan tema:
Lingkungan dan Fitrah Seksualitas Anak

Materi:

Sesi tanya jawab:

1. Tresna Cahya

Anak-anak yang lebih besar umumnya lebih mudah terpengaruh oleh teman, apalagi waktu yang mereka habiskan di sekolah cukup banyak dibanding di rumah. Bagaimana cara antisipasi kemungkinan adanya pengaruh buruk dari teman-teman anak?

Jawab: (Mba Tri)


Menurut hasil rangkuman dari beberapa seminar yang saya ikuti, beberapa solusinya adalah

1. Perkuat karakter anak dengan agama dan pembiasaan adab yang baik

2. Orang tua harus mengenal teman teman sang anak agar bisa mengantisipasi pengaruh buruk yang mungkin timbul

3. Orang tua harus menjadi tempat yang nyaman bagi sang anak. Supaya anak mau terbuka

4. Pola asuh yang tepat yang diterapkan oleh keluarga.

2. Marisa Andi Bumbung

Bagaimana caranya mengedukasi kepada anak bahwa dirinya berharga? Baik untuk balita maupun anak usia 5-12 tahun.

Jawab: (Mba Tri)


1. Dengan memperlakukan dia dengan baik, tidak sembarangna menyentuhnya, minta izin kalau kita akan menyentuh bagian yang pribadi.

2. Mencontohkan dan menerapkan adab yang baik. Menutup pintu kalau di kamar mandi, tidak membuka pakaiannya di depan orang lain.

3. Ajak anak mengenali bagian tubuhnya, dan jelaskan fungsi setiap bagian dengan bahasa sederhana. Katakan, tubuhnya adalah karunia yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik.

4. Bangun kebiasaan positif. Misalnya, tidak berganti baju di tempat terbuka, tidak pipis di sembarang tempat, dll.

5. Tanamkan pentingnya menjaga organ tubuh tertentu, seperti alat vital, dari sentuhan orang lain. Tentu saja, disertai penjelasan sederhana yang bisa ia terima dan mengerti dengan baik.

6. Biasakan anak berpakaian sesuai identitas kelaminnya sejak dini. Banyak kelalaian orang tua untuk hal ini. Mereka membuat anak perempuan menjadi tomboy, dan anak laki-laki menjadi feminin. Dalam kondisi ekstrem, anak bahkan bisa mengalami kebingungan identitas seksual.

3. Nika Yunitri

Bagaimana caranya mengantisipasi cepatnya arus informasi?

Jawab: (Mba Erlina)


1. Dengan menyaring semua konten yang bersentuhan dengan anak. Baik tontonan, aplikasi, bacaan dll. Sebisa mungkin dampingi dan bahas saat anak anak bersentuhan dengan media informasi.

2. Tanamkan dengan bahasa anak mengenai mana informasi yang baik dan tidak baik.

Tanggapan: (Teh Chika)

Yang ini jadi teringat kontrak gadget yang beberapa tahun sempat viral.

Dan mungkin ada yang bisa share, sebaiknya kapan anak dapat akses gagdet? Atau berapa lama screen time yang wajar?

Jawaban: (Mba Erlina)



4. Yunita Daniati

Bagaimana jika orang tua tidak suka dengan lingkungan bermain anak, terutama temannya anak-anak karena dikhawatirkan memberikan pengaruh buruk, akan tetapi jika kita bicarakan "kenapa bunda tidak suka kamu main sama dia, karena dia itu suka nakal atau berisik" lalu keesokannya dia malah ngomong sama temannya bunda tidak suka kalau kamu berisik jadi jangan berisik, padahal karena ada hal lain yang dikhawatirkan memberikan pengaruh. Bagaimana mengkomunikasikannya?

Jawab: (Mba Erlina)


1. Kalau bisa mendekati temannya dan merubah perilakunya akan baik sekali, tapi kalau tidak bisa, lebih baik dialihkan ke lingkungan yang lebih baik. Karena anak anak adalah masa yang krusial. Mereka harus tumbuh dengan baik di lingkungan yang baik. Sambil kita perkuat di dalamnya. perkuat imannya dan adabnya.
2. Mengkomunikasikan secara santai dengan bahasa yang dimengerti anak.
3. Memberi tahu anak kita perilaku apa saja yang kurang baik dari diri anak tersebut, tanpa menyebutkan anak tersebut sebagai subyek, jadi anak kita akan melakukan penilaian dengan sendirinya dan memutuskan sikapnya.

Kesimpulan:

Keteladanan dan kedekatan antara orang tua dan anak adalah kunci utama dalam menumbuhkan fitrah seksualitas, sebagaimana telah dijelaskan oleh Ust. Harry Santosa, bagaimana kehadiran ayah dan ibu dalam tahapan usia anak merupakan bagian dari Pendidikan fitrah seksualitas.

Di samping keteladanan dan kedekatan, tentu ada hal lain yang perlu dipersiapkan oleh ayah dan ibu agar anak anak tumbuh menjadi dewasa yang bertanggung jawab dengan fitrah seksualitasnya. Salah satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana memberi pengarahan kepada anak agar dapat memenuhi fitrah seksualitasnya, dan salah satu cara memberi arahan yang baik adalah dengan memberikan  pendidikan seks.

"Adapun hak anakmu adalah, ketahuilah bahwa ia berasal darimu. Dan segala kebaikan dan keburukannya di dunia, dinisbatkan kepadamu. Engkau bertanggung jawab untuk mendidiknya, membimbingnya menuju Allah dan membantunya untuk menaati perintah-Nya."

"Maka, perlakukanlah anakmu sebagaimana perlakuan seseorang yang mengetahui bahwa andaikan ia berbuat baik pada anaknya, niscaya ia akan mendapatkan pahala dan andaikan ia berbuat buruk niscaya ia akan memperoleh hukuman."(Al Khislal, hal.568)

Tanggapan dan kesimpulan dari saya:

Anak mau tak mau akan terpapar lingkungan dan semakin besar akan semakin sering berinteraksi dengan lingkungan. Tugas orang tualah membekalinya dengan nilai-nilai keluarga dan keimanan agar yang negatif dari lingkungan tidak terbawa oleh anak. Batasan-batasan, aturan, dan kedisiplinan juga diperlukan, tentunya dengan diskusi dan kesepakatan terlebih dahulu. Hadapi anak sebagai seorang manusian yang utuh. Yang tak kalah penting, membangun kedekatan dengan anak. Dampingi anak saat menonton tv dan bergadget.

#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#LearningByTeaching
#FitrahSeksualitas 

No comments:

Post a Comment