Saturday, December 8, 2018

Jurnal Fasilitator Bunsay Batch 4 Kelas Tangsel Offline Level 3


Pertemuan review materi 2 (melatih kemandirian) dan materi 3 (meningkatkan kecerdasan anak) berlangsung pada hari Minggu, 4 November 2018 di salah satu rumah mahasiswi, yaitu Mba Ami di Pondok Cabe. Dimulai pada pukul 9 dengan agenda aliran rasa dari peserta yang hadir. 

Pada awalnya para mahasiswi masih malu-malu mengungkapkan aliran rasa tentang melatih kemandirian anak kemarin. Tapi semakin lama semakin banyak yang datang, cerita aliran rasa semakin seru bahkan sampai sulit untuk dihentikan hehehe.. (fasil jadi sering lihat jam, khawatir molor dari jadwal). Tapi tidak apa-apa, ini berarti para mahasiswi telah nyaman dan terbuka untuk berbagi kepada teman-temannya. 

Bahkan di sesi akhir aliran rasa ada salah satu mahasiswi (Mba Faiqah) yang diminta untuk sharing tentang putrinya yang sudah terlihat mandiri (sudah belajar makan sendiri sejak usia 2 tahun) dan berkarakter sangat lembut, serta tak jarang membantu ibunya mengasuh adik lelakinya. Masya Allah. Ternyata tipsnya adalah bersabar dan senantiasa bersikap lembut terhadap anak-anak. Mudah diucapkan tetapi sungguh sangat sulit dipraktikkan. Barakallah Mba Faiqah. Huhu.. Sekarang Mba Faiqahnya sudah mutasi, kembali ke kampung halamannya di Makassar.

Berlanjut ke materi level 3 tentang kecerdasan anak, kali ini saya tidak menjelaskan materi. Melainkan teman-teman peserta bunsay sendiri yang menjelaskannya. Sebelum pertemuan, setiap peer group sudah saya tugaskan untuk berdiskusi di peer group masing-masing tentang poin-poin materi kecerdasan anak. Yang kemudian hasil diskusinya dipresentasikan saat pertemuan. Berikut pembagiannya:


Peer group 1: Makna sukses & bahagia
Peer group 2: Apa yang dimaksud dengan kecerdasan intelektual (IQ)?
Peer group 3: Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional (EQ)?
Peer group 4: Apa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual (SQ)?
Peer group 5: Apa yang dimaksud dengan kecerdasan menghadapi tantangan (AQ)?

Berikut adalah dokumentasi dari presentasi masing-masing peer group:

 Peer group 1: Makna sukses dan bahagia

Peer group 2: IQ

Peer group 3: EQ

Peer group 4: SQ

Peer group 5: AQ

Alhamdulillah semua peserta yang hadir bersemangat dan antusias dalam memaparkan hasil diskusi mereka. Dan kelas terlihat lebih aktif, hangat, dan seru dibandingkan hanya mendengarkan penjelasan fasil hehehe..

Selesai presentasi hasil diskusi, dilanjutkan dengan penjelasan game level 3. Jeng! Jeng! Ketika peserta mendengar tugasnya adalah "family project", mereka terlihat termenung hehehe.. Lalu dilanjutkan pertanyaan-pertanyaan seputar game. Setelah menjawabnya, saya simpulkan para peserta telah mengerti game tentang family project tersebut.

Ternyata oh ternyata setelah saya mengecek file respon setoran T10 menuju hari-hari terakhir masa pengumpulan, baru sedikit sekali yang mencapai badge dasar. Di situlah saya merasa ketar-ketir hehehe.. Ditambah lagi ada beberapa mahasiswi yang statusnya hampir lampu merah karena 2 level sebelumnya tidak mendapatkan badge.

Oleh karena itu, saya berusaha untuk menyemangati terus peserta agar di level ini minimal mendapatkan badge dasar. Karena saya merasa sedih bila ada yang keluar grup, apalagi di bulan ini sudah ada kabar 2 orang yang akan mutasi hiks.. hiks..

Setelah ditanya, mengapa di game level 3 ini seperti ada penurunan begitu. Ternyata mereka menganggap bahwa family project adalah suatu yang "berat", harus "wah", dan sebagainya. Kemudian saya pun membagikan jurnal bunsay leader level 3 saya, yang memuat rangkuman family projects saya dan keluarga, dimana project-project saya tersebut lebih ke keseharian dan dapat dikatakan sederhana hehe..

Alhamdulillah setelah disemangati dan sharing jurnal bunsay leader di grup, selain 2 orang yang mutasi, hanya ada 1 yang tidak lanjut karena terkena CoC 3x berturut-turut tidak mendapat badge dasar. Itu pun karena beliau ada masalah dengan kesehatannya. Yang lain aman!!!

Semoga dapat terus lanjut sampai akhir yaa teman-temanku tersayang, sehingga dapat terus berfoto bersama sampai lulus bunsay nanti. Hehe.. Aamiin.. Ini dia foto terakhir dari pertemuan materi level 3, foto wajib sebelum pulang dari rumah Mba Ami :D

Terima kasih Mba Ami atas tempat dan jamuannya :)

Saturday, November 10, 2018

Jurnal Fasilitator Bunsay Batch 4 Kelas Tangsel Offline Level 2


Pertemuan review materi 1 (komunikasi produktif) dan materi 2 (melatih kemandirian) berlangsung pada hari Sabtu, 6 Oktober 2018 di Restoran Brooaster Chicken, Tip Top Ciputat. Dimulai pada pukul 9 dengan agenda aliran rasa dari peserta yang hadir. 

Mendengarkan pengalaman mereka dalam mengerjakan tantangan di level pertama ini sangat menarik. Ada yang berhasil, ada yang terseok-seok dalam mengerjakannya tetapi tetap berusaha menyelesaikan, dan ada juga yang belum berhasil. Tetapi overall mereka merasa banyak belajar dan berusaha mengubah gaya komunikasi menjadi lebih produktif. Mereka merasakan manfaat dan perubahan yang positif dalam keluarga. Tidak perlu lagi (jarang) mengeluarkan urat dalam menyampaikan pesan, baik kepada suami maupun anak-anak. 

Setelah sesi aliran rasa, dilanjutkan dengan pemaparan review dan materi selanjutnya sesuai yang didapatkan dari tim bunsay pusat. Supaya lebih gereget, diadakan sesi studi kasus tentang materi melatih kemandirian. Dimana setiap peer group memilih sebuah kasus untuk didiskusikan bersama teman satu grup dan kemudian menjelaskan jawabannya kepada semua yang hadir.

Studi kasus 1:
Bagaimana menanggapi komentar negatif dari orang lain yang melihat kita sedang melatih kemandirian anak. Misalnya kita menerapkan metode BLW (Baby Led Weaning), yaitu anak dilatih makan sendiri sejak usia 6 bulan. Makanannya pun bukan makanan halus, melainkan sama seperti makanan orang dewasa. Lalu ada orang yang berkomentar: "Ya ampun, kasihan anaknya. Masih kecil sudah disuruh makan sendiri. Orang tuanya malas menyuapi ya?". Bagaimana menyikapi hal ini?

Jawaban studi kasus 1:
Tidak ada anggota peer group yang pernah menerapkan metode BLW. Tetapi ada yang pernah mendapatkan komentar negatif saat menggendong bayi dalam posisi M-shape. Ketika ditanya mengapa anaknya digendong seperti itu, ia menjelaskan kepada yang berkomentar bahwa hal ini telah dikonsultasikan ke dokter anak dan diperbolehkan. Apabila pertanyaan masih berlanjut, sebaiknya jawab secukupnya saja bahwa ini adalah pilihan keluarga kami dan kami telah mengetahui manfaat serta konsekuensinya. Selebihnya senyumin aja, jangan terlalu memedulikan komentar orang lain, dan kalau bisa melipir pergi.

Studi kasus 2:
Bagaimana bila ada perbedaan pendapat dengan keluarga besar perihal kemandirian anak. Misalnya ketika di rumah, anak sedang dilatih untuk makan sendiri. Sedangkan ketika berkunjung ke rumah Nenek, anak-anak malah disuapi. Bagaimana menyikapinya?

Jawaban studi kasus 2:
Peraturan yang diterapkan di rumah, maka berlaku di rumah. Sedangkan ketika berkunjung ke rumah Nenek, maka yang berlaku adalah peraturan Nenek. Jadi tidak masalah jika anak disuapi saat berada di rumah Nenek. Bisa jadi itu adalah bentuk kasih sayang seorang Nenek kepada cucunya. Yang terpenting kita menjelaskan kepada anak bahwa saat di rumah Nenek yang berlaku adalah peraturan Nenek, jadi boleh disuapi. Tetapi nanti saat kembali ke rumah, peraturan Bunda yang berlaku, yaitu makan sendiri yaa..

Studi kasus 3: 
Bagaimana bila terjadi perbedaan prinsip dengan suami dalam melatih kemandirian? Misalnya kita tidak ingin anak disuapi, sedangkan suami menyuapi anak ketika ia sedang berada di rumah. Mengingat pengalaman waktu suami kecil pun, masih sering disuapi oleh ibunya. Dan tidak apa-apa katanya, karena ada masanya nanti anak akan malu sendiri saat masih disuapi.

Jawaban studi kasus 3:
Sebaiknya diskusikan terlebih dahulu dengan suami agar sepakat mau menyuapi atau tidak supaya anak tidak bingung. Bisa juga mengambil jalan tengah, misalnya saat anak minta disuapi, Ayah atau Bunda dapat menyendoki terlebih dahulu. Tetapi tetap anak yang menyuapkan ke dalam mulutnya sendiri. Maka masih ada proses belajar di dalamnya dan tidak sepenuhnya memaksa anak untuk makan sendiri.

Studi kasus 4:
Bagaimana agar sabar dalam menghadapi proses belajar mandiri anak?

Jawaban studi kasus 4:
Yang pertama para ibu harus kenyang terlebih dahulu (hehehe..) supaya tidak mudah tersulut emosinya. Lalu terapkan komunikasi produktif dan dampingi anak saat melatih kemandiriannya. Siapkan juga waktu yang cukup agar tidak terburu-buru. Misal belajar mengancingkan baju seragam sendiri sebelum berangkat ke sekolah. Maka sebisa mungkin bangun lebih awal sehingga ada waktu yang cukup bagi anak untuk mencoba mengerjakannya sendiri.

Studi kasus 5:
Bagaimana bila anak lama dalam melakukan proses melatih kemandirian? Misal sebelum pergi sekolah masih belum bisa pakai kaus kaki sendiri tapi anak tetap ingin melakukannya sendiri, padahal sudah hampir terlambat ke sekolah.

Jawaban kasus 5:
Tetap sabar dan menyemangati anak. Diberi penjelasan cara dan contoh pakai kaus kaki sendiri yang benar. Jika sudah terlambat tidak apa-apa, bisa dilatih lagi esok hari dengan menambah waktu persiapan sebelum ke sekolah.

Demikianlah studi kasus beserta jawabannya. Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan ini adalah pengalaman yang terjadi pada saya sendiri hehehe.. Alhamdulillah peserta bunsaynya pintar-pintar dalam menjawab pertanyaan. Semoga saya dan teman-teman dapat benar-benar menerapkan jawaban-jawabannya yaa! :D

Berikut adalah dokumentasi wajib sebelum pulang: 

 Sampai berjumpa lagi di pertemuan dan jurnal selanjutnya!

Saturday, October 27, 2018

Bunsay Leader #3: Jurnal Belajar Level 8

HIJRAH DARI RIBA DAN QONA'AH DENGAN NAFKAH HANYA DARI SUAMI

Oleh: Nika Yunitri

"Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan beranjak dari tempat kebangkitannya di hari kiamat sebelum ia ditanya tentang empat hal, di antaranya tentang hartanya; dari mana dia memperoleh dan bagaimana ia membelanjakan." (H. R. Tirmidzi) [1]

Tahun 2015

Kabar Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di tempat saya bekerja sudah santer terdengar. Saya pun cukup khawatir dengan posisi saya di kantor. Meskipun sudah berstatus karyawan permanen, tetapi saya termasuk orang baru. Kinerja saya di kantor pun tidak terlalu bagus, mengingat jarang mau disuruh lembur. Ya, saya adalah seorang ibu yang bekerja di ranah publik dan memiliki seorang anak yang dititipkan di daycare. Lembur bukanlah pilihan, karena anak di daycare harus dijemput pada waktu yang telah ditetapkan.

Firasat saya mengatakan, sepertinya saya adalah salah satu yang akan terkena PHK. Memang belum ada pengumumannya, tetapi saya terus saja memikirkannya. Karena saya khawatir dengan hutang-hutang dan kewajiban-kewajiban finansial saya. Ada cicilan mobil, rumah, KTA (Kredit Tanpa Agunan), asuransi, dan kartu kredit. 

Bagaimana cara saya membayar semuanya jika nanti di-PHK? Mendapatkan pekerjaan yang baru pun tidaklah mudah, karena kondisi bidang pekerjaan saya (oil & gas engineering) sedang dalam kondisi terpuruk. Harga minyak dunia sedang anjlok dan banyak proyek yang dihentikan atau diminimalisasi anggarannya. Sehingga penyerapan tenaga kerja pun dapat dikatakan rendah.

Mulailah dengan sedikit demi sedikit menabung. Utamanya untuk melunasi KTA sebelum waktunya karena setelah dihitung-hitung, bunga KTA itu bisa lebih dari 100%. Sambil menabung, ditutuplah satu persatu asuransi plus kartu kreditnya. Alhamdulillah tidak ada hambatan yang berarti, asal mau mengurus dan mengikuti prosedurnya. Sudah tidak memikirkan juga premi asuransi yang tidak semuanya kembali. Hanya berniat supaya nantinya tidak ada kewajiban membayar lagi.

Perihal bagaimana pendidikan anak di masa depan, bagaimana kondisi saya di masa pensiun nanti, dan bagaimana keadaan anak selepas saya meninggal, saya serahkan sepenuhnya kepada Allah. Seperti yang tertulis di Al-Qur'an surat Hud ayat 6 [3]. Berikut adalah artinya:
"Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)."
Tahun 2016

Datanglah kabar saya termasuk yang terkena PHK. Rasanya takut dan gelisah, bagaimana ini masih banyak hutang? Mulai menyadari juga bahwa hutang-hutang ini termasuk ke dalam riba, sesuatu yang dilarang oleh Allah.

Menurut Teh Patra di bukunya Keluarga Muslim Cerdas Finansial, contoh riba dalam perbankan antara lain bunga tabungan, kartu kredit, KTA, aneka jenis kredit/angsuran, dan lain-lain. Sedangkan contoh riba nonperbankan antara lain asuransi, kredit pembelian barang, rentenir, koperasi, jual beli uang, dan lain-lain [1].

Ya Allah.. Sudah berapa macam riba yang telah saya ambil? Tak heranlah mengapa saya menjadi tidak tenang dalam menjalani hidup. Seperti yang tertulis di Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 275 [1]. Berikut adalah artinya:
"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."
Tapi Allah tidak pernah menguji hamba-Nya di luar kemampuannya. Allah menghadirkan tantangan sepaket dengan solusinya. Alhamdulillah KTA bisa dilunasi dari tabungan dan uang pesangon. Untuk cicilan mobil bisa dilunasi dengan mencairkan dana BPJS TK. Sedangkan untuk rumah, boleh tidak jadi membeli karena rumah tersebut adalah milik mertua. Jadi selesailah semua hutang itu!

Untuk tempat tinggal, alhamdulillah masih ada tempat untuk saya dan keluarga bernaung, yaitu di rumah orang tua. Saya dan kakak saya berbagi tempat tinggal di rumah berlantai dua peninggalan almarhum Bapak. Kakak saya dan keluarganya tinggal di lantai bawah sedangkan saya dan keluarga tinggal di lantai atas. Kami memiliki dapur masing-masing sehingga keuangan keluarga tidak bercampur. Tetapi kami bersama-sama membayar uang listrik, telepon, kebersihan, dan keamanan.

Untuk mobil yang sudah lunas, saya memutuskan untuk tidak menjualnya. Karena alhamdulillah mobil tersebut bermanfaat, terutama saat kondisi darurat. Misalnya saat Mamah saya yang tinggal di Bandung sedang sakit, saya dapat langsung mengunjunginya bersama anak-anak dan suami. Saya sendiri tidak bisa (berani) menyetir. Jadi mobil tersebut hanya digunakan saat suami bisa mengantar.

Pengalaman ini membuat saya menyadari bahwa membeli barang seharusnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Saya pun berjanji untuk tidak pernah bersentuhan lagi dengan riba. Seperti yang tertulis di Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 278-279 [1]. Berikut adalah artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang yang beriman. Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan)."
Tahun 2017

Setelah menyelesaikan kewajiban finansial berupa hutang-hutang, alhamdulillah masih ada sisa tabungan di rekening saya. Uang tersebut saya gunakan sesuka hati, utamanya untuk belanja buku, makan-makan, atau jalan-jalan. Ya, itulah hobi-hobi yang saya lakukan apabila sedang butuh mood booster. Saya berusaha untuk tidak meminta kepada suami untuk hal-hal tersebut karena tidak mau membebaninya.

Pada awalnya tentu cukup-cukup saja. Tapi yang namanya hanya ada pengeluaran tanpa pemasukan, semakin lama ya semakin menipis. Di saat keuangan kering kerontang itulah, Allah pun menguji saya dengan sebuah penyakit yang harus segera dilakukan operasi dan biayanya tidak ditanggung oleh BPJS.

Untuk biaya operasi alhamdulillah masih ada, diambil dari uang tabungan keluarga dan sisa tabungan saya. Tetapi untuk biaya kontrol setelahnya, tidak ada lagi. Untuk meminjam uang kepada orang tua ataupun saudara rasanya maluuu sekali. Akhirnya diputuskan untuk mengambil tabungan haji. Ya Allah sedihnya.. Cita-cita untuk pergi naik haji bersama suami harus ditunda terlebih dahulu. Tapi mau bagaimana lagi, pengobatan harus terus berjalan.

Dari peristiwa sakit inilah saya belajar lagi. Untuk tidak seenaknya menggunakan uang hanya untuk kesenangan tanpa memikirkan masa depan. Belajar hidup sesuai nafkah hanya dari suami, mengelolanya dengan baik, dan tak lupa bersyukur. Qona'ah istilahnya.

Qona'ah artinya merasa cukup terhadap pemberian rezeki dari Allah. Beruntunglah orang-orang yang selalu merasa cukup dengan apa yang telah diberikan kepadanya [3]. Seperti yang tertulis dalam hadis berikut:

Sumber foto: [3]

Qona'ah saya lakukan dengan mengelola nafkah dari suami secara proporsional, memakai metode amplop. Ya, saya mempraktikkan budgeting dengan menggunakan metode zaman dulu ini. Setiap amplop diisi uang untuk pos pengeluaran tertentu. Harus disiplin mengambil uang sesuai keperluannya dan tidak boleh menggunakan uang di pos pengeluaran lain.

Berikut persentase pengelolaan nafkah suami per bulan:

Zakat dan sedekah 13%
Pajak mobil 3%
Tabungan 16%
Uang makan 31%
Belanja bulanan 10%
Listrik, telepon, sampah, keamanan 2%
SPP sekolah 4%
Beras dan gas 4%
Laundry 3%
Pulsa 2%
Sisa 12%

Pos sisa biasanya digunakan untuk membeli buku anak atau jalan-jalan bermanfaat, misalnya ikut playdate. Alhamdulillah tetap bisa melakukan hobi dengan menggunakan nafkah dari suami, sekaligus sebagai investasi masa depan (pendidikan anak).

Demikianlah sekelumit perjalanan saya menuju cerdas finansial. Penuh liku dan hikmah. Tapi saya bersyukur pernah mengalaminya. Menjadikan saya lebih dewasa sebagai ibu, istri, dan perempuan. Menambah makna dan nilai kehidupan. Masih panjang perjalanan cerdas finansial ke depan, apalagi dalam mendidik anak dan mencontohkan kepada mereka tentang kecerdasan finansial ini.

Orang tua memiliki andil besar dalam menanamkan kebiasaan berhemat, menabung, menahan keinginan, dan kemampuan yang berbeda dalam membeli barang pada setiap anak. Anak yang cerdas secara finansial tumbuh dari orang tua dan keluarga yang memiliki kecerdasan finansial pula [2]. Semoga Allah memampukan saya dan suami dalam mendidik anak-anak kami agar cerdas finansial, aamiin.. :)

"Financial freedom is a mental, emotional and educational process" ~ Robert T. Kiyosaki [4]

Referensi:
[1] Cleopatra, Yulia Pratiwhi. 2016. Keluarga Muslim Cerdas Finansial. Smart Mom Community 
[2] Komunitas Institut Ibu Profesional. 2013. Bunda Sayang: 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak. Jakarta: Gazza Media

Tuesday, October 2, 2018

5 Tips Supaya Bisa Membaca Buku Sampai Selesai

Mari kita tengok rak buku yang ada di rumah. Apakah buku-buku yang ada di sana sudah dibaca semua atau hanya teronggok setelah dibeli? Ooopsss.. Koq ya lebih banyak yang hanya menjadi pajangan ya.. Padahal waktu belinya, semangat 45 banget hihihi.. 

Kesibukan sehari-hari terkadang membuat kita lupa, tidak meluangkan waktu untuk membaca buku. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitas seorang ibu seakan-akan tiada hentinya. Hobi membaca buku pun sekedar menjadi isian atau jawaban ketika ada pertanyaan "hobinya apa?". Padahal untuk baca chat atau timeline media sosial bisa betah berlama-lama hiks.. 

Tetapi jangan khawatir, berikut ada beberapa tips yang dapat dipraktikkan supaya bisa membaca buku sampai selesai:

1. Niat

Yup, betul sekali. Awalilah dengan niat, "saya mau membaca buku ini sampai selesai". 

2. Pilih buku yang kita sukai atau yang kita butuhkan atau yang dirasa bermanfaat bagi kita

Dulu waktu sekolah, baca buku pelajaran koq tidak selesai-selesai. Berbeda dengan baca komik atau Harry Potter. Meskipun banyak dan bukunya tebal, bisa selesai dalam waktu yang singkat. Kenapa bisa begitu? Karena saya menyukainya hehehe..

Kalau sekarang, buku-buku parenting menjadi daya tarik tersendiri untuk dibaca. Sehingga lebih banyak membaca buku-buku jenis ini daripada jenis buku lainnya. Karena dirasa bermanfaat dan merasa membutuhkan ilmunya juga.

Pilih saja genre buku yang Mommies suka, insya Allah akan lebih cepat selesai membacanya.

3. Tentukan target dan waktu membaca 

Dimulai dari yang mudah dan memungkinkan terlebih dahulu. Misalnya 1 bulan ingin selesai membaca 1 buku. Lalu lihat jumlah bab dalam buku, misalnya ada 8 bab. Dalam 1 bulan terdapat 4 minggu, berarti dalam 1 minggu membaca 2 bab buku.

Kemudian dibagi lagi dalam target harian, misal hanya bisa baca saat weekend. Berarti hari Sabtu baca 1 bab dan hari Minggu baca 1 bab. Lalu alokasikan waktu untuk membaca, misalnya jam 05.00-05.30 pagi.

4. Masukkan dalam to do list dan praktikkan

Jika senang menulis di jurnal harian, tulis aktivitas membaca sebagai bagian dari hal yang harus dikerjakan pada hari itu atau bisa tuliskan reminder di HP. Jangan lupa praktikkan untuk membaca pada waktu yang telah ditentukan yaa hehehe.. Karena rencana tanpa aksi hanyalah rencana belaka (ya iya lah..). :D

5. Simpan buku yang sedang dibaca di tempat yang mudah dijangkau

Misal di meja samping tempat tidur. Sehingga bila ada waktu luang, buku pun menjadi pilihan untuk mengisi waktu. Kalu bisa, justru gadget-nya yang disimpan jauh-jauh, supaya lebih tergoda untuk membaca buku daripada bermain HP. :)

Demikianlah tips-tips supaya bisa membaca buku sampai selesai. Oya, bisa dipraktikkan juga untuk membaca Al-Quran lho! Semoga bermanfaat yaa.. :)

Sunday, September 30, 2018

Jurnal Fasilitator Bunsay Batch 4 Kelas Tangsel Offline Level 1


Pertemuan materi pertama kelas Bunsay Tangsel Offline Batch 4 dilakukan berbarengan dengan pertemuan prabunsay yang ke-2 pada hari Sabtu, 8 September 2018, di Taman Bintaro Xchange. Alhamdulillah dapat dimulai tepat waktu pada pukul 9 pagi.

Selama 45 menit pertama dijadwalkan untuk membahas materi tentang inner child. Setelah pemaparan materi ini, beberapa mahasiswi berbagi pengalamannya tentang inner child. Bahwa memang nyata adanya pengaruh pengasuhan atau pengalaman di masa kecil terhadap sikap dan perilaku kita saat ini. Bahkan sampai ada yang jatuh sakit, trauma, dan mencoba mencari kesembuhan ke beberapa konselor. Momen menangis pun menjadi tak terelakkan.. Sedih memang, tetapi insya Allah pemaparan materi ini menjadi pembelajaran untuk kami sekelas agar melakukan pengasuhan terbaik kepada anak-anak.
Substansi esensi mendampingi dalam kepengasuhan itu rasa ikhlas ketulusan terbalut kebahagiaan. Lalu selebihnya harus di-upgrade dengan skill-skill kepengasuhan, ilmu, dan perbaikan attitude. ~Itsnita Husnufardani
Empat puluh lima menit berikutnya, kami membahas materi aktualisasi diri. Yang menjadi penekanan adalah setiap ibu memiliki pilihan masing-masing, tidak ada yang salah. Kemudian disambungkan dengan pengerjaan tantangan bunsay. Baik ibu yang bekerja di ranah domestik ataupun yang bekerja di ranah publik, keduanya insya Allah dapat mengerjakannya asalkan berkomitmen dan menjalankan manajemen waktu yang baik, seperti yang telah disampaikan di materi prabunsay yang pertama.

Jangan sampai ibu yang bekerja di ranah domestik berpikir, "Enak ya ibu yang bekerja, bisa menulis laporan tantangan di kantor.". Lalu ibu yang bekerja di ranah publik berpikir, "Ibu yang ada di rumah enak sekali, bisa melakukan tantangan bersama anak-anak di rumah 24 jam sehari.". Maka yang ada hanyalah "penyalahan keadaan" atas pilihan yang telah diambil dengan sadar oleh masing-masing ibu. Hal seperti itulah yang harus dihindari..
Every mom has her own battle. Win yours without being down to others.
Di materi tugas aktualisasi diri, peserta diminta untuk membuat kartu nama. Fasilitatornya pun ikut membuat kartu nama, berikut hasilnya:

Numpang eksis yaa..

Berlanjut memasuki materi pertama: Komunikasi Produktif. Ketika menyampaikan materi kepada teman-teman, yang ada pada diri justru flashback tentang cara komunikasi yang sudah diterapkan selama ini. Ternyata.. bahkan setelah mengikuti kelas bunsay reguler dan kelas bunsay leader, belum menjadi jaminan bahwa akan menjalankan apa yang sudah didapatkan di kelas. Ahhh.. menjadi fasilitator ini benar-benar merupakan cara mengingatkan diri.. Untuk kembali ke jalan yang benar. :D
Belajar komunikasi produktif bukanlah hanya saat mengerjakan tantangan 10 hari kelas bunsay, atau hanya saat mengikuti kelas bunsay leader, tetapi sepanjang hidup sampai akhir hayat
Setelah pemaparan materi dan tantangan, saatnya game! Kali ini permainannya adalah reka adegan kaidah-kaidah komunikasi produktif terhadap pasangan dan anak yang ada di e-book materi. Terdapat 5 kaidah komunikasi produktif terhadap pasangan dan 11 kaidah komunikasi produktif terhadap anak. Setelah dibuat 16 kartu bertuliskan masing-masing kaidah, perwakilan setiap peer group mengambil satu buah kartu. Kemudian setiap grup mendiskusikan dan mempraktikkan adegan sesuai kaidah yang dituliskan dalam kartu. Berikut beberapa video dari game reka adegan komunikasi produktif:

Mengganti kalimat interogasi dengan pernyataan observasi

Mengganti kalimat yang menolak/mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati

Ternyata para mahasiswi memiliki bakat akting terpendam ya hehehe.. Terima kasih teman-teman atas kehadiran dan perhatiannya selama pertemuan. Mengisi relung-relung hati ini dengan kehangatan persahabatan. Alhamdulillah.. Sampai bertemu di pertemuan selanjutnya. :)

Foto wajib sebelum pulang

Friday, September 14, 2018

Bunsay Leader #3: Jurnal Belajar Level 7

Lima Tips Cara Memaafkan Orang Lain

Jurnal belajar kali ini diminta untuk mencari dan menemukan satu tantangan yang terjadi di keluarga/lingkungan terkait tema yang dipilih, kemudian temukan solusinya. Dari keempat tema, yaitu konsep diri, hubungan dengan sesama, hubungan dengan change factor, dan hubungan spiritual; dipilihlah tema hubungan dengan sesama, dimana saya merasa masih menemukan banyak tantangan dalam menjalaninya. 

Sebagai seorang wanita tak jarang kita tersandung masalah dengan orang lain. Akibat sekedar lisan yang menyakiti hati atau sampai perbuatan yang terkadang sampai sekarang membuat bertanya-tanya mengapa orang lain berbuat seperti itu.

Alhamdulillah di perkuliahan IIP, materi pertama kelas bunsay adalah mengenai komunikasi produktif, dimana cara seseorang berucap atau berbuat sesuatu tergantung pada FoE (Frame of Experience) dan FoR (Frame of Reference) masing-masing. Pengetahuan ini sedikit banyak menyadarkan saya tentang gesekan-gesekan yang mungkin terjadi dengan orang lain semasa kita hidup.

Adapun hidup terus berlanjut, tak jarang pula orang yang pernah bermasalah dengan kita adalah orang yang akan kita temui sampai akhir hayat. Sehingga mau tak mau kita tak bisa menghindar, harus menghadapinya. Apa saja sih sebaiknya yang harus dilakukan agar bisa memaafkan dan kembali menjalin hubungan positif dengan orang yang pernah bermasalah dengan kita? Berikut tips-tipsnya:

1. Memaafkan dan melupakan

Yang pertama harus dilakukan untuk memaafkan orang lain adalah ya memaafkan. Memang awalnya sulit. Tetapi kita ingat-ingat kembali, manusia memang tidak luput dari kesalahan. Kita pun tentunya memiliki kesalahan, hal ini bisa menjadi awal penyadaran untuk memaafkan orang lain. Mau orang lain yang kita anggap memiliki kesalahan itu meminta maaf pada kita atau tidak, memaafkan sebenarnya adalah untuk kesehatan batin kita. Maka maafkanlah orang tersebut dan kemudian lupakan kesalahannya. Kita bisa bilang pada diri kita sendiri: "Mulai dari 0, ya.". :)

favim.com

2. Selalu ada hikmah atau maksud dari Allah

Kehadiran seseorang dalam hidup kita bisa menjadi suatu kebahagiaan atau kepahitan. Tetapi Allah selalu memberi hikmah atau maksud di balik setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Bisa saja orang yang bermasalah dengan kita dihadirkan agar kita belajar bersabar. Terdengar klise ya? Tapi memang benar, mungkin sebelumnya kita belum menjadi orang yang sabar, sampai Allah menguji kesabaran kita lewat orang tersebut. Apakah kita lulus ujian atau tidak? Hanya kita sendiri yang mengetahui jawabannya. 

3. Berhenti merasa menjadi korban

Yup, berhenti merasa menjadi korban. Jika ada orang yang berkata menyakitkan hati kita, kita sendirilah yang mengizinkan kata-kata orang tersebut untuk menyakiti hati kita. Padahal bisa saja kita hanya mendengar sambil lalu, menganggapnya tidak penting, dan kemudian hidup kita jauh lebih tenang karena tidak memikirkan apa yang orang lain katakan.

4. Berbuat baik kepadanya

Wah ini.. Hal tersulit yang pernah saya lakukan untuk orang yang pernah bermasalah dengan saya. Waktu mau melakukannya pun sampai termenung, untuk apa saya melakukannya? Kenapa harus dia yang saya baik-baikin? Manusiawi sekali sih ya.. Tapi coba deh.. Seperti tips-tips sebelumnya yang apabila belum dilakukan terasa berat untuk dilakukan, tetapi ketika saya selesai melakukannya, ada perasaaan relieve di dalam hati. Seperti berhasil menunjukkan kualitas pribadi kita. Orang lain boleh berbuat tidak baik kepada kita, tetapi kita akan tetap berperilaku baik kepada siapa pun. Sounds like an angel ya? :D

5. Tetap tersenyum dan fokus pada hal positif

Hanya dengan tersenyum, masalah-masalah yang dihadapi seperti jauh lebih ringan. Setelah itu, fokus pada diri sendiri, anak-anak, suami, dan keluarga. Ingat dan lakukan hal-hal yang positif sehingga perlakuan atau kata-kata negatif dari orang lain pun terlupakan. Masih banyak yang bisa kita lakukan, daripada sekedar mengingat-ingat kesalahan orang lain kepada kita.

Benar-benar self reminder sih menulis ini.. Doakan saya agar bisa sejalan dengan apa yang saya tulis ya! :)

Infografis:

Template dari canva.com

Referensi:
1. Pengalaman pribadi

Sunday, August 12, 2018

Aksi untuk Bumi, Kita Bisa Mulai Melakukan 7 Hal Ini Lho Moms!

Pernah terbayang ga sih Mom, sampah yang kita hasilkan tiap hari itu sebenarnya lari kemana? Kalau saya, langsung terbayang tumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), beserta lalat-lalat dan beberapa pemulung yang sedang mengais sampah. Jadi, sampah kita itu sebenarnya musnah atau hanya berpindah tempat? Sehat kah cara kita membuang sampah? Mungkin di daerah kita bersih karena sampah diangkut ke TPA tadi. Bagaimana dengan masyarakat sekitar TPA? Lalu bila semua orang di dunia membuang sampah dengan cara yang sama (membuang ke TPA), akankah anak-anak kita nanti memiliki tempat tinggal yang layak?

Yuk kita mulai melakukan hal-hal sederhana berikut, Moms. Istilahnya think globally, act locally. Perbaikan untuk bumi bisa dilakukan dimulai dari rumah, oleh kita para ibu. Simak yuk, Moms!

1. Belanja tanpa plastik (membawa wadah dan tas belanja sendiri)

Ini adalah hal pertama yang saya praktikkan karena yang paling mudah. Dimulai dari belanja ke warung dengan membawa tas belanja sendiri. Tas belanjanya tidak beli baru koq, Moms. Saya menggunakan tas bekas yang didapat dari berkat pengajian. Jangan lupa sebelum belanja mempersiapkan apa saja yang mau dibeli atau membuat list terlebih dahulu kalau belanjanya banyak. Misal mau belanja ikan, sayuran, dan bawang merah. Berarti saya bawa satu wadah yang cukup untuk ikan, satu wadah untuk sayuran, dan jaring-jaring untuk bawang. Wadahnya juga memanfaatkan yang sudah ada di rumah. Mulai dari wadah bermerk sampai wadah bekas, misal bekas membeli homemade nugget, dan jaring-jaring juga bekas tempat bawang waktu membelinya di supermarket.

Selain belanja di warung, saat beli makan di luar, atau jajan minuman juga bawa wadah sendiri yuk. Saat pergi keluar untuk jalan-jalan juga persiapkan membawa tas jinjing berisi barang-barang berikut:
- Tas kain (kalau sewaktu-waktu belanja selain makanan dan minuman)
- Tas jaring (bisa untuk alternatif selain tas kain)
- Sapu tangan (pengganti tissue, misal untuk membersihkan hidung anak ketika pilek)
- Lap (untuk mengelap yang kotor)
- Tempat makan (kalau sewaktu-waktu beli makan/tidak direncanakan)
- Tempat minum (air putih dan botol kosong kalau sewaktu-waktu jajan minuman)
- Peralatan makan (sendok/garpu/sumpit/sedotan yang disimpan di dalam tempat bersih)
Sumber: Instagram @dkwardhani

Terlihat repot ya. Saya juga bagian bawa tas jinjing beserta isinya ini masih sering lupa. Tapi kalau belanja yang direncanakan insya Allah sudah ingat untuk membawa wadah dan tas sendiri, disesuaikan dengan barang yang mau dibeli.

2. Food preparation

Saya sendiri lebih suka membeli bahan masakan per hari dan secukupnya supaya tidak terlalu lama menyimpan di kulkas. Tetapi ada beberapa bahan yang saya simpan dengan metode food preparation, misalnya cabe dan bumbu dapur seperti jahe, lengkuas, kunyit, daun salam, dan sereh. Caranya cuci bersih cabe atau bumbu dapur, lalu masukkan ke wadah beralaskan tissue atau lap. Alhamdulillah cabe dan bumbu dapur lebih awet dan meminimalkan yang terbuang. Untuk sayuran dan lauk juga bisa lho kalau Mommies belanjanya per minggu atau sekalian banyak. :) 

3. Memilah sampah

Kalau saya memisahkan sampah menjadi empat macam, yaitu sampah organik (sisa memasak dan bahan organik lainnya), sampah yang bisa diterima bank sampah (seperti kertas bersih, berbagai jenis gelas dan botol plastik, kemasan tetrapak, kardus, dsb), sampah plastik yang tidak diterima bank sampah tetapi masih bisa diolah (kemasan mie instan, kemasan sachet misalnya bungkus kopi, kemasan refill seperti minyak goreng, deterjen, pewangi, dsb), dan sampah yang dikirim ke TPA (popok sekali pakai, tissue, selotip, stiker, dll).

Kalau sampah organik dibuat kompos. Cara membuat komposter sederhana dengan biaya 0 rupiah ada di poin 4 yaa.. Untuk sisa hewani seperti tulang ayam dan ikan, diberikan ke kucing yang banyak berseliweran di depan rumah. Oya pastikan untuk membeli bahan masakan sesuai yang akan dimasak dan makan secukupnya agar tidak terbuang. Kalau ada sisa biasanya suami saya yang habiskan makanannya hehehe..

Sampah yang diterima bank sampah dipastikan bersih dan kering (dicuci dan dijemur terlebih dahulu). Coba cek bank sampah sekitar rumah, menerima jenis sampah apa saja kah. Kalau saya mau ke bank sampah Melati Bersih, berlokasi di Perumahan Bukit Pamulang Indah. Panduan pilah sampah dan lokasi dapat dicek di www.banksampahmelatibersih.com.

Untuk sampah plastik yang tidak diterima bank sampah, saya cuci dan jemur juga. Rencananya mau dibuat ecobricks. Tapi sampai saat ini baru tahap menyimpan saja, belum membuat karena belum ada waktunya hehehe.. sok sibuk. Cara membuatnya mudah sebenarnya. Gunting kecil-kecil sisa plastik lalu masukkan ke botol plastik sampai padat. Nanti ecobricks bisa digunakan untuk membuat tembok, meja, atau kursi. Memang perlu berkolaborasi dengan orang lain ataupun dengan komunitas ecobricks supaya ecobricks dapat dimanfaatkan. 

Jenis sampah plastik yang tidak diterima bank sampah merupakan sampah terbanyak yang ada di rumah saya. Karena kami sekeluarga masih suka membeli makanan dalam kemasan misalnya mie instan, nugget dan kawan-kawannya. Anak-anak juga suka jajan, entah itu biskuit, permen, atau makanan kecil lainnya. Ga sehat banget yah.. Tapi masih susah nih untuk berhenti. Sebenarnya ada gerakan eating clean yang sejalan dengan gerakan zero waste ini, yaitu memakan makanan alami (bukan makanan dalam kemasan), tidak makan tepung gluten, tidak pakai kecap, saus, dll. Tapi ya itu, kami sekeluarga masih belum bisa menerapkannya (emoticon tutup mata).

Untuk sampah yang dibuang ke TPA masih ada nih hiks.. Kalau saya, yaitu popok sekali pakai dan tissue. Semoga ke depannya mantap untuk mulai toilet training anak kedua (doakan ya teman-teman) dan bisa mengajak keluarga terutama suami untuk berhenti membeli tissue.

4. Membuat komposter

Saya membuat komposter dengan menggunakan bahan dan peralatan yang ada di rumah. Pertama bolongi bagian bawah ember bekas cat (yang besar), lalu masukkan dedaunan kering. Campur tanah dan pupuk di tempat terpisah. Setelah bercampur, masukkan ke ember bekas cat. Baru masukkan sisa sampah organik dan tambahkan air beras. Terakhir tutup dengan dedaunan lagi dan plastik untuk meminimalkan penguapan. Sampah organik bisa ditambahkan setiap hari ke komposter ember bekas cat ini. Dua sampai tiga hari diaduk dan jaga kelembabannya dengan menambahkan air beras kalau terlalu kering, dan organik coklat seperti daun kering kalau terlalu basah. Kalau ada belatung atau cacing tambahkan sisa buah busuk. Nanti 2-3 bulan bisa panen kompos. Ambil 2/3 bagiannya saja, 1/3-nya untuk bahan komposter lagi. Jangan terkena hujan juga yaa..

Tantangannya kalau komposter tidak jalan akan berbau. Sudah mulai berbau nih komposter di rumah. Ada saran ibu-ibu? (Malah bertanya hehehe..).

5. Berkebun

Ini sebagai tindak lanjut agar kompos dapat dimanfaatkan. Tetapi saya juga belum mulai memanfaatkan komposnya karena baru mulai membuat komposter selama kurang lebih satu bulan yang lalu. Berkebun juga baru sebatas pernah menanam cabe dan daun bawang, belum lanjut ke tanaman yang lain. Tapi pernah membayangkan ga sih Moms, kita bisa menanam bahan-bahan masakan sendiri di rumah, mengambilnya untuk dimasak di dapur sendiri (tidak usah belanja sayuran dan bahan organik lainnya), plus memanfaatkan sisa bahan organik yang menjadi pupuk kompos untuk menyuburkan kebun kita tersebut. Seperti siklus dan berkesinambungan ya. Masya Allah, keren banget kalau bayangan saya itu bisa tercapai di rumah sendiri..

6. Menggunakan lerak sebagai pengganti deterjen

Yang ini juga baru sebatas pernah mencoba lerak yang diberikan oleh Mba Britania Sari. Dan baru simpan nama penjualnya aja hehe.. Belum beli. Mengapa? Karena ini perlu edukasi kepada suami. Saya pernah menggunakan lerak untuk mencuci piring. Tapi untuk mencuci baju atau mengepel lantai belum pernah karena kedua hal tersebut adalah tugas Paksu. Masih belum berani atau menemukan momen tepat untuk edukasi lerak sebagai pengganti deterjen. Menjadi pengingat ketika menulis artikel ini, untuk segera bercerita dan mengajak suami memakai lerak. Doakan agar berhasil ya ibu-ibu.

7. Mengolah minyak goreng jelantah menjadi sabun atau mengirimnya ke belijelantah.com

Yang ini saya juga belum mempraktikkannya. Sudah ada beberapa workshop membuat minyak jelantah berseliweran, tetapi belum berjodoh dengan jadwalnya. Yang berminat yuk hubungi Mba Vina, ada lho workshop-nya Sabtu, 25 Agustus 2018 di rumah Mba Sari Yahya.

Selain dijadikan sabun, minyak jelantah juga bisa dikirim ke belijelantah.com. Kumpulkan minimal 10 liter minyak goreng, hubungi tim belijelantah, dan mereka akan pick up minyak jelantahnya. Minyak jelantah dihargai Rp 1.000-3.000 per liter. Minyak goreng jelantah kemudian akan di-recycle untuk dijadikan biodiesel.
Sumber: Instagram @faraziza.

Masih banyak lho Moms aksi-aksi positif lainnya untuk menyelamatkan bumi kita. Sedikit atau sekecil apapun, apabila dimulai saat ini dan konsisten menjalankannya insya Allah akan bermanfaat. Jangan lupa untuk sharing juga perjalanan aksi untuk bumi ini, agar semakin banyak yang aware dan memulai perjalanannya menyelamatkan bumi. :)

Thursday, August 2, 2018

Kulwap Menulis bersama Teh Indari Mastuti

Hari Kamis minggu kemarin, 26 Juli 2018, ada kulwap di grup Kejar Menulis IP Tangsel dengan narasumber Teh Indari Mastuti, seorang penulis perempuan yang masya Allah produktif dan semangatnya begitu menginspirasi.

Insight yang didapat dari kulwap tersebut tak lain dan tak bukan adalah agar terus menulis setiap hari dan percaya diri dengan hasil tulisan diri sendiri. Cara beliau me-manage waktu juga sungguh luar biasa. Antara ibadah, keluarga, dan cita-cita semua bisa dilakukan beriringan, dengan tak melupakan hak-hak untuk diri seperti tidur, bersikap positif, dan senantiasa berbahagia. Penulis juga tidak hanya harus rajin menulis, tetapi juga harus pandai berbagi. Minimal membagikan tulisannya agar dibaca sebanyak-banyaknya orang dan juga berbisnis, minimal menjual tulisan dan/atau buku sendiri. Penulis tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, melainkan memberikan banyak manfaat kepada sebanyak-banyaknya orang lain. Masya Allah.. Menjadi cermin diri, sudah berada di tahap manakah saya sebagai seseorang yang mengikrarkan diri suka menulis? Sepertinya baru sampai kepada tahap menulis untuk menyelesaikan tugas hehehe..

Ya benar sekali, saat ini saya seringnya menulis di blog untuk menyelesaikan tugas-tugas IIP. Karena Tantangan 10 Hari di kelas Bunsay Reguler-lah blog ini hidup kembali. Di awal tahun 2018,  jadwal menulis ditambah dengan minimal tiga kali dalam seminggu posting di blog. Senin untuk tulisan mengenai pendidikan anak usia dini, Rabu untuk One Week One Post (OWOP) Kejar Menulis IP Tangsel, dan Jumat untuk resep masakan. Ada juga jadwal menulis bulanan: Jurnal Kelas Bunsay Leader, One Month One Book, dan laporan kegiatan event @itbmh_jaktangsel. Tapi itu semua hanya bertahan selama kurang lebih tiga bulan hehehe.. Setelah mengikuti proyek Ruang Berkarya Ibu (RBI) 2 di bulan Maret 2018, fokus menulis menjadi ke RBI (dan Bunsay) saja. Karena tugas RBI harus dilaporkan setiap hari. Tema tulisan yang lain pun terlupakan, mengingat masih ada keluarga yang harus tetap menjadi prioritas beserta amanah lainnya di IIP (sekretaris dan fasilitator).

Insya Allah ke depannya baru bisa menargetkan tulisan minimal tiga buah dalam satu bulan, yaitu artikel untuk WAGM IP Tangsel, Jurnal Bunsay Leader, dan Jurnal Fasilitator Bunsay. Ditambah dengan tantangan Kejar Menulis IP Tangsel (2 minggu sekali), yang nantinya insya Allah akan dibukukan dalam buku antologi. Semoga tercapai punya buku sendiri aamiin! Selain buku antologi bersama Kejar IP Tangsel, sedang menggarap juga buku hasil proyek RBI 2. Alhamdulillah tulisannya sudah disetor tadi siang. Doakan lancar yaa.. Berencana untuk memasukkan tulisan tentang Leader Camp IIP juga yang sayembaranya ditutup tanggal 10 Agustus ini. Belum mulai menulis sih.. Tapi Insya Allah sedang berniat untuk mengikuti tantangan-tantangan menulis yang melahirkan buku, minimal buku antologi, supaya memiliki karya seperti teman-teman Kejar Menulis yang lain. Oya, Jurnal Bunsay Leader juga menurut info Teh Chika akan dibukukan. Semoga saja semua target-target tulisan ini dapat tercapai dan menjangkau pembaca yang lebih luas lagi aamiin, aamiin, aamiin. :)

Untuk manajemen waktu, berikut saya tuliskan jadwal harian:

02.45-03.00 Bangun, sholat tahajud
03.00-04.00 Tilawah
04.00-04.30 Sahur (khusus Senin & Kamis), waktu online bila tidak sahur
04.30-04.45 Mandi
04.45-05.00 Sholat shubuh
05.00-05.30 Bangunkan suami, menyapu, beres-beres, cuci piring, lalu bangunkan anak-anak
05.30-06.00 Menyiapkan sarapan atau beli sarapan sambil jalan pagi
06.00-06.30 Sarapan bersama, menyiapkan air mandi
06.30-07.00 Anak-anak mandi
07.00-07.15 Memandu Neta menyiapkan peralatan sekolah
07.15-07.30 Bereskan tempat tidur, siap-siap ke sekolah
07.30-07.45 Mengantar Neta ke sekolah
07.45-08.00 Belanja ke warung
08.00-10.00 Sholat dhuha, kegiatan bersama Nara, snack time, tidur sebentar
10.00-11.00 Memasak
11.00-11.15 Jemput Neta sekolah
11.15-11.30 Neta ganti pakaian
11.30-12.00 Neta dan Nara bermain bebas, Mami siapkan makan siang, santai
12.00-12.15 Sholat zuhur
12.15-13.00 Makan siang, cuci piring
13.00-15.00 Baca buku sebelum anak-anak tidur siang, waktu Mami menulis dan online
15.00-15.30 Bangunkan anak-anak, Neta ganti baju mengaji
15.30-15.45 Sholat ashar
15.45-17.15 Mengantar Neta mengaji
17.15-17.30 Siapkan air mandi dan makan malam
17.30-17.45 Anak-anak mandi
17.45-18.00 Saya mandi
18.00-18.15 Sholat maghrib
18.15-19.00 Mengaji bersama anak-anak, kids time
19.00-21.00 Shalat isya, makan malam, family time
21.00-21.30 Beres-beres, cuci piring
21.30-22.00 Sikat gigi sama anak-anak, persiapan tidur
22.00-03.30 Tidur atau kadang bergadang untuk menyelesaikan tugas

#kejarmenulisIPTangsel
#kulwapTehIndari

Thursday, July 26, 2018

Ruang Berkarya Ibu 2 Tahap 2 (Day 76)

Hari terakhir pelaporan RBI. Wow.. alhamdulillah wasyukurillah bisa sampai sini dengan hanya kurang lapor 1 hari karena ketiduran. Ingat banget waktu itu, padahal sudah ke HokBen untuk tanya-tanya tentang playdate tapi tidak menuliskan laporannya. Ingatnya karena pas hari ulang tahun hihihi.. Koq bisa sih malah ga update? Sebagai kado ulang tahun mungkin ya hehehe..

Sampai hari ini belum ada kabar dari Damkar euy.. Harus ke sana lagi kah? Padahal waktu memberikan surat, mencoba minta nomor kontaknya. Tapi pihak Damkar bilang pasti akan dihubungi, Bu. Begitu katanya. Masih galau sih mau menunggu kabar saja atau ke sana lagi.

Meanwhile.. hari ini mengabari member kalau kemarin sudah dikirim bukunya. Sama kemarin lupa update data member. Jadi baru dikerjakan hari ini.

Ahhh.. Terima kasih tim RBI 2 yang sudah memberikan begitu banyak pencerahan, bagaimana cara membuat project dan menjalankannya dengan suka hati. Definitely akan melanjutkan project ini plus sudah ada beberapa project lainnya di kepala. Bakal kangen ga  ya menulis laporan setiap hari? ;)

#RuangBerkaryaIbu
#Ibu Profesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day76


Wednesday, July 25, 2018

Ruang Berkarya Ibu 2 Tahap 2 (Day 75)

Hari ini mengantar paket buku yang akan dipinjam member ke ekspedisi J&T. Semoga suka dan bermanfaat yaa dengan bukunya! 

#RuangBerkaryaIbu
#Ibu Profesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day75

Tuesday, July 24, 2018

Ruang Berkarya Ibu 2 Tahap 2 (Day 74)

Alhamdulillah hari ini ada teman TK Neta yang main ke rumah dan pinjam buku Ninena Library. Terima kasih ya, Mom & Jauhar! Semoga suka dan bermanfaat bukunya. :)

#RuangBerkaryaIbu
#Ibu Profesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day74

Monday, July 23, 2018

Ruang Berkarya Ibu 2 Tahap 2 (Day 73)

Alhamdulillah hari ini bertambah 1 member Ninena Library dan masih ada teman lain yang tanya-tanya tentang library ini. Besok mulai packing-packing buku lagi dan antar ke ekspedisi deh! :)

#RuangBerkaryaIbu
#Ibu Profesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day73

Sunday, July 22, 2018

Bunsay Leader #3: Jurnal Belajar Level 6

Jurnal belajar kali ini diminta untuk merancang permainan stimulasi matematika logis. Langsung teringat dengan free printable yang didapat dari cerivitas.com, hasil tugas bunda sayang level 12 yang lalu tentang keluarga multimedia. 

Pada printable tersebut, terdapat permainan board game sederhana yang dibuat oleh Mba Sari, penulis di cerivitas.com, berjudul Papies Permainan Matematika Mencari Selisih dan Penjumlahan. Permainan ini disebutkan cocok untuk grade 1. Peralatannya sangat sederhana, yaitu kartu remi, bidak pemain, papan permainan yang merupakan printable, serta kertas tempat menulis hasil penjumlahan. Karena tidak ada kartu remi di rumah, akhirnya mengandalkan printable kartu hati yang didapat dari sini. Bidak permainan juga tidak punya, jadinya menggunakan kancing yang ada di busy bag Elhana.

Saat mencoba bermain bersama Neta dan Nara, mereka berdua cukup terlihat excited meskipun tidak sepenuhnya mengerti, terutama untuk bagian pengurangan dan penjumlahan. Jadi terinspirasi untuk membuat permainan serupa, tetapi yang dapat cukup dimengerti oleh anak usia PAUD/TK. Akhirnya coba-coba buat printable yang masih sangat sederhana dan agak narsis juga karena menaruh foto keluarga di situ haha..

Nama permainan: Ways to My Family

Kategori: Permainan menggunakan media permainan yang sudah ada (kartu remi)

Alat: 
1. 1 set kartu remi, pakai hanya kartu 1 (As)-5, kalau tidak ada bisa menggunakan printable kartu hati yang ada pada tautan berikut ini: https://all-free-download.com/free-vector/download/heart-suit-two-playing-cards_311448.html.

Kartu hati As-5
Sumber foto: dokumen pribadi

2. Bidak pemain, atau bila tidak ada dapat menggunakan kancing.

Bidak permainan

Kancing

3. Papan permainan, dapat diunduh di sini: https://drive.google.com/open?id=1XdLwmqKc1md9CBlFoxxZogMZoR6z03yB.

Papan permainan Ways to My Family yang sudah di-insert foto
Sumber foto: dokumen pribadi

4. Kertas untuk menghitung score

Kertas untuk menghitung score
Sumber foto: dokumen pribadi

Aturan/cara permainan:
1. Siapkan papan permainan. 
2. Jumlah pemain bisa 2 orang atau lebih, taruh bidak/kancing di tempat start sesuai jumlah pemain.
3. Kocok kartu, kemudian letakkan dekat papan permainan. Kartu diletakkan terbalik (tidak terlihat angkanya).
4. Pemain pertama ambil 1 kartu. Lihat angka yang ada pada kartu, misal 2. Pemain jalankan bidak/kancing sebanyak 2 langkah. Bila ada persimpangan, pemain bebas memilih jalan yang mana saja. 
5. Kartu yang sudah diambil disisihkan di tempat yang berbeda dari tumpukan kartu yang belum dibuka.
6. Lihat angka tempat berhentinya bidak/kancing, misal 3. Tulis angka 3 di kertas score.
7. Lanjutkan ke pemain berikutnya. Bila kartu sudah dibuka semua (5 kartu), kocok kembali, kemudian ulangi langkah no 3, dst.
8. Permainan berakhir jika ada pemain yang telah sampai di foto keluarga. Jika jumlah langkah melebihi foto, bidak mundur kembali. Jika sudah pas berhenti di foto keluarga, hitung jumlah score tiap pemain. Yang score-nya paling banyak, dialah pemenangnya.

Manfaat/tujuan:
1. Belajar mengenal angka 1-5
2. Belajar penjumlahan sederhana
3. Belajar matematika dengan cara yang menyenangkan (melalui games)
4. Bermain bersama anggota keluarga yang lain
5. Belajar mengenal wajah keluarga (untuk anak yang lebih kecil)

Daftar pustaka/referensi:
2. Lim Kusumo, Elvina. 2017. Montessori di Rumah: 55 Kegiatan Matematika. Jakarta: Esensi.

Ruang Berkarya Ibu 2 Tahap 2 (Day 72)

Hari ini alhamdulillah ada calon member Ninena Library yang terjaring dari promosi selama 2 hari kemarin di IG, FB, dan WA hehe.. Kurang lebih 5 orang yang sudah tanya-tanya. Jadi sejak kemarin malam dan hari ini, kegiatannya melayani pertanyaan-pertanyaan dari calon member. Semoga ada yang melanjutkan menjadi member yaa.. Aamiin.. :)

#RuangBerkaryaIbu
#Ibu Profesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day72

Saturday, July 21, 2018

Ruang Berkarya Ibu 2 Tahap 2 (Day 71)

Hari ini posting lagi di ig @ninena_playdatenlibrary untuk promo library-nya. Review buku 33 Kisah Me Time, salah satu buku yang ada di Ninena Library, sambil mengajak Mommies untuk membaca buku dan meminjam buku di Ninena Library.

Berikut tautan posting-annya:

#RuangBerkaryaIbu
#Ibu Profesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day71