Saturday, February 24, 2018

Tips untuk Konsisten Menulis

Sebagai wanita, cukup erat kaitannya dengan dunia menulis. Sejak kecil, seorang perempuan cenderung lebih senang menulis di diary daripada laki-laki. Apalagi di era digital sekarang ini, sudah banyak sarana menulis seperti platform blog, status Facebook, cuitan Twitter, caption Instagram, dan sebagainya.

Selain untuk menuliskan curahan hati, menulis dapat bertujuan untuk mengikat ilmu untuk diri sendiri serta membagikan pengalaman/ilmu kepada orang lain. Menulis juga dapat menghasilkan pendapatan tambahan, bahkan menjadi pekerjaan yang cukup menjanjikan. Lalu bagaimana agar bisa menjadi seorang penulis? Banyak-banyaklah menulis dan terus konsisten menulis.

Berikut tips-tips agar bisa konsisten menulis:

1. Tentukan jadwal menulis dan apa temanya

Buat jadwal menulis dan temanya, bisa dimulai dengan tema yang kita sukai. Misal hari Senin tentang pendidikan anak usia dini, Rabu sesuai tema kelas belajar menulis yang diikuti, dan Jumat tentang resep masakan. Bisa juga per bulan, misalnya tema kegiatan komunitas, review buku yang telah dibaca, dan sebagainya. Jadwal menulis dan tema ini penting sebagai panduan sehingga kita mengetahui akan menulis apa setiap waktunya. Jika ada jadwal yang terlewat, jangan khawatir. Tetap menulis. Bisa dilakukan esok harinya atau saat ada waktu luang untuk menulis, misal saat weekend.

2. Siapkan waktu tertentu untuk menulis

Setelah menentukan jadwal dan tema menulis, tentukan juga waktu tertentu untuk menulis. Misal pagi sebelum shubuh, atau saat anak-anak tidur siang, atau saat malam hari ketika anak-anak dan suami sudah tidur. Dengan menentukan waktu menulis, dipastikan ada slot waktu yang digunakan untuk kegiatan ini, bukan hanya mengandalkan sisa-sisa waktu dari rutinitas harian.

3. Tuliskan ide menulis dan point-point yang terpikirkan

Terkadang ide menulis muncul begitu saja, saat melakukan aktivitas sehari-hari. Bila sudah menemukan ide, langsung tulis ide tersebut. Bisa di buku atau handphone. Bila sudah terpikirkan point-point yang mau dijabarkan dari ide tersebut, tulis juga. Ini dapat menjadi kerangka, sebelum lebih lanjut ditulis secara lengkap menjadi sebuah tulisan yang utuh.

4. Jangan terlalu memikirkan apakah tulisan yang dihasilkan akan bagus atau tidak

Mengenai hasil tulisan, kita berusaha sebaik-baiknya agar tulisan enak dibaca, dapat dimengerti pembaca, mengandung informasi bermanfaat, dan sesuai kaidah penulisan. Tapi untuk hasil apakah akan dibaca banyak orang atau apakah akan disukai banyak orang sebaiknya dikesampingkan terlebih dahulu. Yang terpenting menulis terus. Dengan terus menulis, lama-kelamaan akan mengetahui mana jenis tulisan yang bagus atau tidak dan mana yang banyak dikunjungi pembaca. Tetapi saya sendiri memang tidak terlalu menghiraukan hal-hal tersebut. Karena saya memang suka menulis dan seringnya baru menulis untuk diri sendiri (sebagai jurnal belajar dan menumpahkan keruwetan di otak hehehe..).

Bagaimana teman-teman? Tertantang untuk konsisten menulis? :D

Menu 19-22 Februari 2018

Senin, 19 Februari 2018

Capcay sosis telur
Bahan-bahan:
1. Wortel Rp 2.000
2. Jagung muda Rp 2.000
3. Brokoli Rp 3.000
4. Sosis merk Superindo (Rp 22.000 isi 12 buah, dipakai 6 buah)
5. Sisa telur dari menu perkedel
6. Bawang merah 4 siung
7. Bawang putih 3 siung
8. Bumbu Magiz Lezat 1 bungkus
9. Air 200 mL
10. Minyak untuk menumis

Cara membuat:
1. Kupas, potong, dan cuci bersih sayuran dan sosis. Untuk wortel, jagung muda, dan sosis dipotong serong. Untuk brokoli dipotong per kuntum.
2. Iris halus bawang merah dan bawang putih
3. Siapkan minyak untuk menumis, tumis bawang
4. Masukkan sosis, masak sebentar
5. Masukkan sayuran, bumbu, dan air. Masak hingga matang
6. Terakhir masukkan telur yang sudah dikocok (sisa membuat perkedel)

Biaya yang dikeluarkan: kira-kira Rp 20.000
Lama memasak: kurang lebih 40 menit
Untuk 4-5 porsi

Perkedel kentang


Bahan-bahan:
1. Bumbu Racik perkedel kentang
2. 125 mL air
3. 1 butir telur
4. Minyak untuk menggoreng

Cara membuat:
1. Campurkan bumbu Racik perkedel kentang dengan 125 mL air
2. Aduk hingga adonan bisa dibentuk dan menyatu dengan rata
3. Bentuk adonan menjadi perkedel (dibulatkan dengan tangan kemudian pipihkan). 1 bungkus bisa menjadi 6-7 buah perkedel
4. Celupkan perkedel yang sudah dibentuk ke dalam telur yang sudah dikocok
5. Goreng di minyak panas

Biaya yang dikeluarkan: kira-kira Rp 7.000
Lama memasak: kurang lebih 20 menit
Untuk 6-7 porsi

Selasa, 20 Februari 2018

Sop jamur kuping soun
Bahan-bahan:
1. Jamur kuping Rp 5.000
2. Soun kaca Rp 2.000
3. Sosis merk Superindo (Rp 22.000 isi 12 buah, dipakai 2 buah)
4. Bumbu Racik sayur sop 1 bungkus
5. Daun bawang 1 batang
6. Air 600 mL

Cara membuat:
1. Potong memanjang jamur kuping dan cuci
2. Potong sosis
3. Potong daun bawang
4. Didihkan air
5. Setelah air mendidih masukkan sosis, soun, jamur kuping, dan daun bawang
6. Masak hingga matang

Biaya yang dikeluarkan: kira-kira Rp 13.000
Lama memasak: kurang lebih 30 menit
Untuk 4-5 porsi
Dimakan dengan lauk ayam goreng

Rabu, 21 Februari 2018

Tumis jamur kancing saus tiram



Bahan-bahan:
1. Jamur kancing Rp 12.000
2. Bawang bombay 1 buah Rp 2.000
3. Saus tiram 1 sachet Rp 2.000
4. Air 100 mL
5. Minyak goreng untuk menumis

Cara membuat:
1. Potong dan cuci bersih jamur kancing
2. Potong-potong bawang bombay
3. Panaskan minyak goreng untuk menumis
4. Tumis bawang bombay
5. Masukkan jamur, saus tiram, dan air
6. Masak hingga matang

Biaya yang dikeluarkan: kira-kira Rp 16.000
Lama memasak: kurang lebih 20 menit
Untuk 3-4 porsi
Dimakan dengan lauk otak-otak

Kamis, 22 Februari 2018

Sayur bening bayam jagung
Bahan-bahan:
1. 1 ikat bayam Rp 3.500
2. 1 buah jagung Rp 2.000
3. 4 siung bawang merah
4. 3 siung bawang putih
5. Air 600 mL

Cara membuat:
1. Petik bayam dan cuci
2. Cuci jagung dan potong menyisir
3. Iris halus bawang merah dan putih
4. Didihkan air
5. Masukkan bawang
6. Masukkan bayam dan jagung
7. Masak hingga matang

Biaya yang dikeluarkan: kira-kira Rp 7.000
Lama memasak: kurang lebih 30 menit
Untuk 4-5 porsi
Dimakan dengan lauk mujair goreng dan bandeng presto goreng
Mujair goreng Rp 14.000 isi 3 ekor, dibumbui bumbu racik lalu goreng
Bandeng presto tinggal goreng @ Rp 5.000

Kegiatan Neta Nara 12-15 Februari 2018

Kegiatan Neta dan Nara di minggu ini banyak mengambil dari paket Mungilmu Mini minggu ke-7. Ada juga yang mengambil ide kegiatan dari kalender Sahabat Anak Indonesia. Berikut dokumentasinya:

1. Asyiknya Main Bersama


Ada gambar bak pasir dan tumpukan daun. Ada juga gambar anak-anak yang sedang bermain pasir dan bermain di tumpukan daun. Ceritanya hanya satu orang anak yang sedang bermain. Lalu merasa kesepian karena tidak ada teman bermain bersama. Akhirnya teman-teman yang lain datang menemani bermain. Wah ternyata bermain bersama-sama itu menyenangkan ya! Untuk percakapannya bebas saja, yang penting bisa menjadi sarana berkisah dengan anak. :)

2. Bunga untuk Ayah Ibu



Gambar bunga digunting dan ditempelkan di stik es krim. Lalu tancapkan ke lilin mainan (playdoh). Ajak Nara untuk mengambil bunganya dan memberikannya kepada Mami. Nara senang sekali menancapkan kembali bunga-bungaan ini ke lilin. Kalau Neta bermainnya membuat ekspresi wajah seperti sedang senyum, marah, atau kecewa di bunga tersebut dengan menggunakan lilin.

3. Main di Laut Mungil


Yang ini mainnya di kamar mandi. Ada gambar hewan-hewan laut seperti kepiting, ikan, kuda laut, gurita, penyu, dan lumba-lumba. Gambar hewan laut yang sudah digunting, dilaminating dengan menggunakan lakban bening lalu ditempel di kamar mandi. Anak-anak sambil mandi menyipratkan air ke hewan-hewan sambil mengenal nama-nama hewan tersebut. Kalau sudah main ini, bisa betah lama di kamar mandi. 

4. Laba-Laba Warna-Warni



Kegiatan ini melatih motorik kasar anak-anak. Buat jaring laba-laba dari lakban bening di antara tembok pintu. Tempelkan laba-laba ke lakban, lalu tarik laba-laba, dan tempatkan ke gambar jaring laba-laba. Di foto terlihat Neta sedang menggendong Nara supaya Nara bisa mengambil laba-laba di jaring lakban bening. Senangnya kalau mereka berdua bisa bermain bersama. :)

5. Mengeksplorasi benda di sekitar dengan melihat, menyentuh, dan menyebutkan bentuknya


Ini dia hasil nge-bolang di kebun rumah yang sudah mirip hutan hehehe.. Ada beberapa jenis tanaman dan bunga berhasil kami kumpulkan. Yang Mami-nya pun tidak mengetahui nama-nama tanamannya dengan pasti. Hihihi.. Mungkin ada yang bisa membantu menyebutkan nama-nama tanaman/bunga di atas? :D

6. Mempelajari asma Allah "Ar-Rahman" 

Mempelajari asma Allah Ar-Rahman dengan menonton video di Youtube, kartun Diva dari Kastari Animation. Ternyata ada video Diva yang membahas asmaul husna. Alhamdulillah, jadi ada referensi video menarik untuk mengenalkan asmaul husna kepada anak-anak. Kebetulan anak-anak sangat suka menonton seperti Papinya hehehe.. Berikut videonya:

 

7. Mengenalkan nama Rasulullah saw, tempat dan kelahirannya

Untuk nama Rasulullah saw, alhamdulillah Neta sudah mengetahuinya. Sedangkan tempat dan cerita kelahirannya belum tahu. Rasulullah saw lahir di Mekkah pada hari Senin, 12 Rabiulawal di tahun gajah, Mami mengambil referensi dari buku kisah 25 Nabi dan Rasul karangan Yas Marina. Setelah itu, menonton videonya juga di Youtube. Berikut videonya:





Friday, February 23, 2018

Monday, February 19, 2018

Resep Tongkol Balado yang Mudah, Hemat, dan Enak

Ini satu-satunya menu minggu kemarin yang belum ditulis resepnya di blog. Menu yang lainnya merupakan pengulangan resep-resep yang sudah pernah ditulis hehehe..

Bahan-bahan:
1. Tongkol cue 3 kotak (1 kotak @ Rp 5.000)
2. Bawang merah 4 siung
3. Bawang putih 3 siung
4. Cabe keriting merah Rp 5.000
5. Bumbu Magic Lezat 1 bungkus
6. Minyak goreng untuk menggoreng dan menumis

Cara membuat:
1. Goreng ikan tongkol cue sampai matang, tiriskan
2. Haluskan bawang merah, bawang putih, dan cabe merah (saya menggunakan Tupperware Turbo Chopper, jadi hasilnya tidak terlalu halus)
3. Panaskan minyak untuk menumis, masukkan bawang dan cabe yang telah dihaluskan
4. Masukkan tongkol yang sudah digoreng, aduk rata, jadi deh!

Jumlah biaya yang dikeluarkan: kira-kira Rp 22.000
Waktu memasak: kira-kira 30 menit
Untuk 4-5 porsi

Tongkol balado yummy

Sunday, February 18, 2018

Jurnal Belajar Fasilitator Kelas Tangsel Offline (Minggu 4)


Berakhir sudah ke-hectic-an acara milad IP Tangsel di hari Minggu kemarin. Alhamdulillah acara berjalan lancar. Suami pun mau mengikuti acara seminarnya alhamdulillah, dan saya bertugas sebagai panitia di Kids Corner sambil mengasuh anak-anak sendiri. Ibu Septi dan Pak Dodik itu.. pemikirannya selalu out of the box. Seperti saat selesai acara, beliau-beliau menyarankan tidak ada yang namanya evaluasi panitia, yang ada adalah apresiasi. Masya Allah.. Begitu mulianya pemikiran Bapak dan Ibu. Seakan-akan mengerti bahwa kami panitia hanya ibu-ibu "biasa", sama seperti ibu-ibu lainnya yang terbatas waktunya dan sudah berusaha semaksimal mungkin, yang terbaik sebagai panitia, di tengah-tengah kesibukan sebagai istri, ibu, dan amanah yang lainnya.

Lho malah jadi bahas kepanitiaan. Hehehe.. Tidak apa ya. Setelah selesai kepanitiaan yang ini, sepertinya sangat plong dan insya Allah bisa lebih fokus menjalani amanah yang lain, salah satunya menjadi fasilitator matrikulasi offline ini.

Pertemuan keempat dilakukan di Kampung Dongeng, Jl. Musyawarah, Sawah Lama, Ciputat. Sebuah tempat yang sering dijadikan tempat aktivitas anak. Ada juga rumah bacanya dengan buku anak-anak yang cukup banyak. Di rumah baca inilah, kelas dilangsungkan. Pertemuan kali ini hari Jumat, dimana sedang ada libur tahun baru Imlek. Harapannya Sabtu dan Minggu besok bisa menjadi waktu keluarga. 

Pertemuan pun dimulai pukul 09.30 dengan agenda review materi 3. Waaah sudah banyak peserta yang berani mengungkapkan aliran rasanya. Memang ya NHW surat cinta itu meninggalkan kesan tersendiri bagi para peserta karena menghangatkan kembali hubungan dengan suami yang sudah mulai terasa "hambar" hehehe.. Mengenali potensi anak, diri sendiri, dan keluarga pun ternyata tidak mudah yaa.. Banyak peserta yang masih bingung dengan kelebihan diri sendiri. Perlu berpikir lama katanya. Padahal pasti banyak ya kelebihan kita, hanya saja sulit untuk menyadarinya.

Tantangan di lingkungan pun cukup beragam. Ada yang di lingkungan rumahnya terindikasi sepasang pasangan LGBT. Ada yang keponakan laki-lakinya berperilaku seperti anak perempuan. Ada yang merasa sulit melepaskah gadget dari anak. Ada pula yang anak-anak di lingkungan sekitar sering berkata kasar dan tidak pantas untuk anak seusianya. Banyak sekali ternyata tantangan-tantangan yang muncul di lingkungan. 

Yang saya rasakan ketika teman-teman bercerita tentang keadaan lingkungannya.. Jujur saja saya bingung memberikan jawaban, apalagi terkait LGBT dan fitrah seksualitas. Karena saya sendiri belum pernah menghadapinya langsung. Alhamdulillahnya teman-teman peserta saling sharing dan memberikan pendapat ataupun solusi. Duh, jadi merasa tambah tidak ada apa-apanya nih. Harus lebih rajin baca grup fasil sepertinya, supaya wawasan lebih luas dalam menjawab pertanyaan sehingga lebih siap menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari peserta.

Saat materi ke-4 "Mendidik dengan Kekuatan Fitrah", di kelas banyak membahas jenis-jenis fitrah manusia. Berikut referensi yang digunakan, selain materi dari tim matrikulasi pusat:



Berlanjut ke NHW#4, teman-teman diajak untuk me-review NHW#1-3 dan kemudian menentukan misi hidup dan peran apa yang akan dilakukan. Setelah itu menuliskan tahapan ilmu yang dipelajari beserta milestone-nya. Ada beberapa peserta yang langsung termenung, dan baru bertanya di grup WA ketika sudah pulang dari pertemuan. Cukup "berat" ya NHW#4 ini, contohnya saja Ibu Septi yang mengambil peran sebagai inspirator. Masya Allah.. Membuat saya jadi ingin kembali membuka NHW#4 saya. Sudahkan saya menjalankan apa yang ditulis?

Menjadi fasilitator sejatinya adalah belajar kembali dengan cara yang lebih "elegan". Sebagai reminder tentang apa yang pernah ditulis.. Sudahkah saya fokus dan konsisten? Yang ada adalah refleksi diri dan berusaha untuk kembali on track.

Berikut dokumentasi pertemuan ke-4:


Jurnal Belajar Fasilitator Kelas Tangsel Offline (Minggu 3)


Weekend ini benar-benar hectic, Sabtunya ada jadwal pengurus dan panitia bertemu Ibu Septi dan Pak Dodik pukul 12.00, pertemuan ketiga matrikulasi offline pukul 13.00, lanjut pukul 17.00 drop barang dan persiapan untuk acara Milad IIP ke-6 dan Milad IP Tangsel ke-2 plus Seminar A Home Team besok. Mikirinnya aja udah puyeng banget. Hehehe.. Tapi alhamdulillah suami mengerti dan mengizinkan. Terima kasih ya, Papi. Sudah mau mengasuh anak-anak ketika Mami banyak kegiatan di luar, sudah mau membantu juga mempersiapkan barang-barang yang mau dibawa dan mengantar ke tempat milad besok.

Alhamdulillahnya lagi, tempat pertemuan dengan Bu Septi dan Pak Dodik sama dengan tempat pertemuan ketiga matrikulasi. Meskipun pada akhirnya tidak ikut berbincang-bincang dengan Ibu dan Bapak karena Ibu dan Bapak masih di perjalanan ketika kelas sudah harus dimulai.

Sebelum pertemuan ketiga ini, saya banyak bertanya kepada fasilitator matrikulasi di wilayah lain. Bagaimana caranya mereka menyampaikan materi kepada peserta. Wah ternyata sangat beragam dan menginspirasi. Ada yang peralatannya lengkap, selalu ada infokus dan layar, sehingga bisa menonton video Ibu Septi bersama-sama. Ada juga yang membagikan fotokopi materi kepada peserta. Ada juga yang membagikannya terlebih dahulu di grup WA atau Google Classroom dan membaca bersama-sama saat pertemuan. Saya pun mengadopsi cara memfotokopi materi, supaya peserta tidak perlu lagi mencatat terburu-buru dan dapat menyimak apa yang saya sampaikan plus dapat menuliskan catatan-catatan kecil di kertas materi sesuai kebutuhan peserta.

Saat review materi 2, saya menyampaikan sesuai review dari tim matrikulasi pusat. Apakah NHW#2 yang telah dikerjakan teman-teman sudah memenuhi kriteria SMART? Ternyata ada yang merasa belum lengkap, ada juga yang sudah. Meskipun demikian, semuanya telah mengumpulkan NHW#2. Saya pun meminta agar menepuk-nepuk teman yang ada di sebelahnya sambil berkata "good job". Alhamdulillah kegiatan mengapresiasi seperti ini menambah energi positif di pertemuan kali ini.

Berlanjut ke materi 3 "Membangun Peradaban dari Dalam Rumah". Banyak peserta yang sharing mengenai pola pengasuhan orang tuanya dulu. Ternyata banyak yang meninggalkan trauma fisik dan perasaan, karena orang tua bersikap terlalu tegas dan tak jarang menggunakan kekerasan fisik. Ada juga orang tua yang suka membanding-bandingkan dengan kakaknya yang terlihat "lebih" segalanya daripada si adik. Pola pengasuhan tersebut membekas menjadi inner child dan tak jarang mereka ikut mengulangi apa yang dilakukannya orang tua dahulu. Di materi inilah, seperti tersadarkan untuk memutus rantai kesalahan pola pengasuhan dengan memaafkan orang tua dan berusaha agar tidak mengulangi kesalahan pengasuhan kepada anak kita..

NHW#3 mengenai surat cinta pun membuat suasana kelas menjadi riuh rendah hehehe.. Terlihat peserta yang belum menikah tersipu malu. Yang sudah menikah pun terlihat bingung, mungkin karena sudah lama tidak pernah berkata-kata romantis dengan pasangan. Menuliskan potensi anak, diri sendiri, suami, dan keluarga beserta tantangan di lingkungan juga membuat mereka berpikir dan sedikit mengernyitkan dahi hehehe.. Semangat teman-teman, pasti bisa! :D

Daaan jeng jeng.. Ibu Septi dan Pak Dodik pun datang mengejutkan teman-teman peserta matrikulasi. Yeehaa!!! Seketika suasana langsung berubah menjadi heboh, semuanya ingin bersalaman dan menyambut kehadiran founder IIP. Tak lupa kami berfoto ria, sebagai bukti kelas kami telah dikunjungi oleh Ibu Septi dan Pak Dodik. Terima kasih Bapak dan Ibu sudah mau menyempatkan menengok kelas. :D



Di akhir kelas ada yang mengejutkan lagi. Salah satu peserta yaitu Mba Prita berniat untuk membayar seluruh pesanan makanan dan minuman kami. Masya Allah.. Setiap pertemuan saya dibuat amaze dengan niat baik para peserta. Semoga semua sharing dari teman-teman dicatat menjadi amal baik, rezekinya dilapangkan, dan senantiasa berkah. Aamiin..

Setiap pertemuan, saya lah yang dibuat untuk belajar banyak hal. Terima kasih ya teman-teman matrikulasi offline. :*

Jurnal Belajar Fasilitator Kelas Tangsel Offline (Minggu 2)


Pertemuan kedua matrikulasi diadakan di salah satu rumah peserta, yaitu di rumah Mba Vivi, pada hari Minggu tanggal 4 Februari 2018. Saya berangkat ke rumah Mba Vivi setelah meeting dengan panitia acara Milad IP Tangsel di Bintaro Xchange. Alhamdulillah masih terkejar waktunya meskipun terlambat beberapa menit karena beli siomay dulu untuk makan siang hehehe.. Sesampainya di rumah Mba Vivi ternyata baru sedikit yang hadir, jadi saya makan siang dulu deh sambil menunggu teman-teman yang lain datang. 

Pada pukul 13.30 kelas baru dimulai. Agenda pertemuan kali ini adalah review NHW#1, Materi 2, dan NHW#2. Pada saat review, saya mencoba menggali dan menanyakan aliran rasa peserta. Sudah ada beberapa yang berani berbicara dan mengalirkan rasanya. Banyak yang merasakan bingung dengan jurusan ilmu apa yang akan dipilih, tetapi ada juga yang sudah mantap memilih dan sudah mulai menjalankannya. Ilmu yang dipilih dominan tentang menjadi ibu, istri, dan perempuan yang baik, pendidikan anak, parenting, dan seputar keluarga. Ada juga tentang manajemen waktu, diri, dan emosi. Ada juga yang mau menekuni hobinya seperti menjahit, memasak, menulis. Ada juga tentang sadar lingkungan dan tentang berwirausaha atau bisnis. Beragam dan semuanya sah-sah saja alias diperbolehkan.

Yang pertama kali mengumpulkan NHW#1 adalah Mba Siti Fatimah alias Mba Time. Beliau mengumpulkan di hari yang sama saat pertemuan pertama berlangsung (malamnya). Semangat sekali Mba Time! :) Selain itu, ada salah satu NHW peserta yang menarik perhatian, yaitu milik Mba Prita. Beliau menuliskannya dengan cara mind mapping, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:


Menurut saya cara penulisan seperti ini sangat menarik, karena yang dituliskan berupa point-point yang utama. Mba Prita pun bercerita bahwa mind map-nya ini ditempel di dinding kamar sebagai pengingat. Good job, Mba Prita! :D

Berlanjut ke materi 2 "Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga". Sehari sebelum pertemuan, saya meminta peserta matrikulasi untuk mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang:
1. Apa itu ibu profesional?
2. Apa itu komunitas ibu profesional?
3. Bagaimana tahapan-tahapan untuk menjadi ibu profesional?
4. Apa saja indikator keberhasilan seorang ibu profesional?

Para peserta banyak yang mengetahui jawaban pertanyaan nomor 3, yaitu Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif, dan Bunda Sholeha. Sebelumnya tahapan ini sudah pernah disinggung di pertemuan pertama. Sedangkan untuk pertanyaan lainnya masih saya bantu bacakan dari materi yang didapat dari tim matrikulasi pusat.

Beranjak ke NHW#2, alhamdulillah di rumah Mba Vivi disediakan fasilitas mic dan papan tulis, sehingga dapat dengan lebih mudah menjelaskan tentang NHW#2 dan kriteria yang digunakan (SMART). Bisa menuliskan beberapa contoh juga sehingga peserta lebih terbayang dengan cara mengerjakan NHW#2 ini.

Alhamdulillah selesai sudah pertemuan kedua matrikulasi. Diakhiri dengan sesi berbagi dari para peserta. Mba Vivi membagikan cemilan Bangnana Chips, Mba Faiqah membagikan celana pendek anak laki-laki hasil jahitannya sendiri, Mba Time juga sejak awal acara membagikan minuman thai tea produksi sendiri, dan peserta lainnya yang juga masing-masing membawa potluck untuk sharing selama kelas berlangsung. Masya Allah, kami baru saling mengenal tetapi kebersamaan terasa sudah sangat dekat. Terima kasih Mba Vivi sebagai tuan rumah dan semua peserta matrikulasi kelas Tangsel Offline Batch 5! Sungguh pengalaman berharga bergabung bersama kalian semua. :)

Berikut dokumentasi pertemuan kedua:





Jurnal Belajar Fasilitator Kelas Tangsel Offline (Minggu 1)

Awal Memilih Kelas Offline

Pada saat mendaftar menjadi fasilitator matrikulasi batch 5, saya tidak berencana untuk memegang kelas offline. Merasa lebih berpengalaman di kelas online serta memikirkan jadwal matrikulasi yang rapat (per minggu) menjadi alasan mengapa saya memilih menjadi fasilitator kelas online. Saya pun termasuk pribadi yang introvert, lebih percaya diri ketika berkomunikasi lewat chatting atau istilahnya tekstovert. Bila berkomunikasi tatap muka masih sering grogi dan tidak percaya diri.

Ketika mengumumkan akan ada kelas offline ke grup foundation Tangerang Selatan, cukup banyak peminatnya (sekitar 20 orang). Lalu saya pun woro-woro di grup pengurus, apakah ada yang bersedia menjadi fasilitator kelas offline? Alhamdulillah ada yang mau, 2 orang. Jadi saya daftarkanlah 2 kelas offline Tangsel ke tim matrikulasi IIP. Tapi ternyata.. jumlah fasilitator cukup berlebih bila dibandingkan dengan jumlah pendaftar matrikulasi. Sehingga diutamakan yang mendapatkan kelas adalah yang sudah mengikuti dan lulus Training for Facilitators Batch 5

Dua pengurus yang saya daftarkan belum mengikuti training tersebut. Teman-teman fasilitator dari Tangsel lainnya juga memilih kelas online. Kemudian saya berpikir tentang peserta matrikulasi yang memang sudah berniat untuk mengambil kelas offline. Rasanya tidak mau mengecewakan mereka, karena sayalah yang mengumumkan akan ada kelas offline. Akhirnya saya memutuskan untuk menjadi fasilitator kelas offline, meskipun pada awal meminta izin kepada suami agak sulit juga hehehe.. Alhamdulillah pada akhirnya suami pun memperbolehkan. :)

Persiapan Menjadi Fasilitator

Karena sebelumnya di Tangsel belum pernah ada kelas matrikulasi offline, saya pun belum punya gambaran bagaimana berlangsungnya suatu kelas offline. Alhamdulillah di Tangsel sudah ada kelas offline Bunsay Batch#3, dengan Mba Nani Nurhasanah sebagai fasilitatornya. Saya pun menyempatkan untuk mengobrol seputar kelas offline dengan Mba Nani dan meminta izin untuk ikut hadir pada pertemuan selanjutnya.

Alhamdulillah bisa hadir di pertemuan ke-3 kelas Bunsay Tangsel, materi "Melatih Kecerdasan Anak" di Bale 23, Serpong pada hari Minggu, 7 Januari 2018. Dari pertemuan ini saya belajar bahwa menjadi fasilitator offline banyaknya mendengar aliran rasa dari peserta. Sedangkan untuk materi, fasilitator membuat agar peserta belajar mandiri. Contohnya saat materi 3 ini, peserta dikelompokkan menjadi 4 kelompok dimana tiap kelompok akan menjelaskan macam-macam kecerdasan (IQ, EQ, SQ, dan AQ). Wah, kelas berlangsung sangat hangat dan seru, energi yang dirasakan pun berbeda dari ketika mengikuti kelas online. Terima kasih Mba Nani dan semua peserta kelas Bunsay Offline Batch#3 Tangsel, saya menjadi lebih bersemangat dan mempunyai gambaran dalam menjalankan kelas matrikulasi offline. Berikut dokumentasi keseruan kelas Bunsay Offline Tangsel:






Pembukaan Kelas

Setelah mendapatkan data-data peserta kelas offline, saya pun lanjut membuat grup dan mengundang peserta. Pada awalnya bingung juga cara ice breaking di kelas offline karena pasti peserta memilih kelas tipe ini agar tidak banyak chat yang masuk. Diawali dengan perkenalan fasilitator, observer, dan guardian. Lanjut informasi tata tertib, CoC, dan pengenalan Google Classroom. Semuanya berlangsung relatif sepi dan "alot". Apalagi ketika membicarakan jadwal pertemuan pertama, sampai beberapa hari baru bisa disepakati jadwalnya.

Bahkan ada peserta yang mengaku tidak baca grup, lebih banyak japri. Hiks.. sempat khawatir juga dengan keberlangsungan kelas offline ini. Bagaimana baiknya kelanjutannya? Setelah bertanya di grup khusus fasilitator offline akhirnya tercerahkan. Intinya jangan terlalu khawatir akan sepinya grup. Insya Allah pada saat pertemuan, suasana akan mencair dan jauh lebih akrab. Baiklah, akhirnya saya memutuskan untuk membicarakan hal-hal lain terkait pemilihan perangkat kelas dan teknis pengumpulan NHW saat pertemuan saja. Berarti di grup hanya tinggal menyepakati tempat pertemuan. Alhamdulillah salah satu peserta bersedia menjadikan rumahnya sebagai tempat pertemuan.

Persiapan Kelas Perdana

Sehari sebelumnya semua hal yang berkaitan dengan pertemuan pertama matrikulasi saya print. Mulai dari daftar hadir, tata tertib, CoC perkuliahan, jadwal materi dan kalender, teknis pengumpulan NHW, pengenalan Google Classroom, tugas perangkat kelas, dan tentunya tidak lupa materi 1 dan NHW#1. Harapannya, hal-hal yang akan dibahas saat pertemuan bisa lebih jelas dan runut. Meskipun demikian, tetap saja rasanya nervous, berdoa semoga saat pertemuan lancar dan saya bisa memfasilitasi teman-teman peserta dengan baik. Aamiin..

Kelas Perdana

E-flyer Kelas Perdana

Jeng, jeng! Tiba saatnya kelas perdana digelar. Pagi itu, sudah siap saya bersolo karir alias pergi sendiri. Tapi ternyata anak-anak dua-duanya mau ikut. Ya sudah, tidak apa. Kata suami, apabila anak-anak sudah mulai bosan atau saya kerepotan, tinggal telepon saja supaya suami menjemput. Suami tidak mau ikut karena masih mengantuk katanya hehehe..

Alhamdulillah dengan bantuan Gmaps, berhasil menemukan rumah Mba Lia dan waaah sudah ada beberapa peserta yang hadir. Karena agenda hari ini begitu padat, akhirnya pertemuan dimulai sekitar pukul 09.15 dengan perkenalan masing-masing peserta yang telah hadir. Dilanjutkan dengan informasi tata tertib dan CoC perkuliahan. Lalu pembahasan jadwal pekanan dan teknis pengumpulan NHW. Ada beberapa peserta yang memilih mengumpulkan NHW secara offline, tetapi lebih banyak yang memilih online via Google Classroom. Setelah itu saya menginformasikan tugas-tugas perangkat kelas dan berlanjut ke pemilihan ketua kelas serta koordinator mingguan. Alhamdulillah semua posisi terisi dan sekitar pukul 12.00 baru bisa beranjak ke materi. Fyuuuh...

Rehat sebentar sambil menikmati sajian tuan rumah dan potluck yang dibawa oleh para peserta, kami bersama-sama menonton video Ibu Septi tentang pembukaan matrikulasi. Setelah selesai video, baru saya menjelaskan tentang materi 1 "Adab Menuntut Ilmu" kemudian tanya jawab. Selesai tanya jawab, dilanjutkan ke NHW#1 dan tanya jawab NHW. Akhirnya kelas berakhir sekitar pukul 13.00. Alhamdulillah semua berjalan lancar.. 

Anak-anak pun dapat diajak bekerja sama dan sibuk bermain sendiri bersama teman-teman yang hadir. Adanya tempat bermain dan kelinci di halaman menjadi sarana bermain mereka bersama. Hanya sesekali meminta makanan, minuman, menyusui, atau pipis. Alhamdulillah peserta mengerti dengan "iklan-iklan" yang hadir hehehe.. Terima kasih Mba Lia atas tempatnya dan sajian makan siangnya. Mba Lia ini owner Ayam Bakar Irzah lho.. :9

Ternyata setelah dijalani, matrikulasi offline ini tidak seseram yang dibayangkan. Meskipun masih ada kekurangannya, yaitu suara saya yang kecil dan kurang jelas terdengar oleh 22 orang yang hadir (termasuk Mba Adit sebagai observer). Harus belajar lagi nih mengeluarkan suara yang jelas dan "bulat". Insya Allah akan terus memperbaiki dan memantaskan diri menjadi fasilitator offline

Terima kasih tim matrikulasi IIP yang memberikan saya kesempatan untuk terus belajar. Mba Adit dan Mba Fitri sebagai fasil saya ketika di batch 3 yang menginspirasi saya untuk menjadi fasilitator dan sekarang berada bersama di kelas Tangsel offline sebagai observer dan guardian. Teman-teman matrikulasi Tangsel Offline Batch 5 atas antusiasmenya mengikuti kelas. Semoga kita terus bersemangat sampai akhir dan lulus bersama. Aamiin..

Berikut dokumentasi kelas perdana matrikulasi Tangsel Offline Batch 5:





Saturday, February 17, 2018

Lima Hal Tidak Sehat yang Masih Saya dan Keluarga Lakukan

Duh, bingung juga menulis artikel bertema kesehatan. Karena eh karena saya mengakui bahwa saya dan keluarga bukan (atau belum) dikategorikan keluarga yang sehat hehehe.. Akhirnya menemukan juga point-point yang mau ditulis setelah beberapa waktu berpikir. Diputuskan akan menulis hal-hal yang tidak sehat yang masih dilakukan saya dan keluarga. Harapannya agar pembaca dapat belajar untuk tidak melakukannya juga, beserta saya dan keluarga dapat sedikit demi sedikit berubah menjadi lebih sehat. Aamiin..

Berikut lima hal tidak sehat yang masih saya dan keluarga lakukan:

1. Makan makanan instan

Sebut saja mie instan dan makanan olahan instan seperti nugget dan kawan-kawannya adalah makanan yang masih suka kami makan. Untuk mie instan kami membatasinya kira-kira 1 minggu sekali untuk sarapan. Untuk makanan olahan instan, kami masih memakannya 2 hari dalam seminggu. Duh, terlihat cukup sering ya. Sebenarnya mau membatasi 1 hari dalam seminggu saja makan makanan olahan instan, tapi karena ada Budhe Iin yang buka lapak berbagai makanan olahan instan di sekolah Neta, akhirnya saya jadi keranjingan beli huhuhu.. Semoga bulan depan bisa lebih strict lagi dalam penentuan menu sehari-hari yaa.. Alhamdulillah-nya saya selalu memasukkan menu sayur setiap harinya.

2. Memakai bumbu instan

Bilang duh lagi boleh kan? Jadi malu sendiri saya menuliskannya. Dengan alasan kepraktisan, hemat waktu, dan supaya tidak banyak berpikir tetapi makanan tetap enak, saya memakai bumbu instan seperti bumbu Racik, Magic Lezat, ataupun bumbu instan lainnya. Garam, lada, dan gula di rumah saya aweeet hahaha.. Tapi bila berbelanja bulanan, saya juga menyempatkan untuk membeli bumbu instan yang sehat, tanpa komposisi yang aneh-aneh seperti penguat rasa, pengawet, dan pewarna. Yang saya temukan, bumbu instan yang memenuhi kriteria tersebut adalah merk Bamboe. Memang sih harganya lebih mahal dari bumbu instan yang lain, tetapi ini bisa dijadikan alternatif bumbu instan. Pilihan bumbunya juga banyak, salah satu kesukaan keluarga saya adalah bumbu lada hitam.

3. Suka jajan

Nah ini, mulai dari jajanan anak-anak sampai minuman kemasan, kami sekeluarga suka sekali mengkonsumsinya. Please jangan ditimpuk wkwkwk.. Alasan bagi kami mengapa senang membeli jajanan adalah sebagai hiburan murah meriah. Ke Indomaret atau warung dekat rumah menjadi sarana jalan-jalan sederhana, utamanya sih untuk menyenangkan anak-anak dan saya oleh Pak Suami hihihi.. Dengan pergi sebentar sekeluarga saja sudah menjadi ajang refreshing untuk saya apabila sudah merasa penat di rumah.

4. Suka wisata kuliner

Ini jugaaa sangat tidak sehat, jangan ditiruuu. Sekeluarga (dalam hal ini maksudnya saya dan suami) hobi makan di luar, mencoba berbagai macam makanan dari berbagai macam tempat wisata, restoran, atau sekarang yang lebih hemat di kantong adalah makanan kaki lima. Kami sering sekali eksplorasi tempat makan baru dan bisa kembali makan di tempat tersebut lagi bila memang makanannya enak dan memuaskan. Hampir setiap weekend kami begini, dan tidak jarang juga makannya malam-malam di atas jam 7. Yang setelah sampai rumah, tidak ada lagi aktivitas berarti karena tinggal tidur. Tidak aneh, mengapa saya dan suami tambah ndut hihihi..

5. Jarang olahraga

Olahraga pagi sekali seminggu tiap weekend bersama-sama saja hanya bisa menjadi ide dan angan-angan belaka hahaha.. Ya pernah sih beberapa kali berhasil dilaksanakan, meskipun agak kesiangan juga. Tetapi seringnya suami kembali tidur atau saya banyak amanah yang harus dikerjakan di luar. Yah memang alasan akan selalu ada ya.. Tapi saya mengerti sih, suami selama weekday juga sudah sangat lelah karena harus bekerja, pekerjaan utama dan sampingan, plus rajin membantu pekerjaan domestik dan mengasuh anak-anak. Saya juga malah sibuk sendiri haha.. Ada tips mungkin teman-teman pembaca untuk keluarga kami? Ditunggu lho di kolom comment. :)

Friday, February 16, 2018

Game Level 8: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini (Day 15)

Kamis, 15 Februari 2018

Hari ini ada sesi sharing dari Mba Eria, peserta Bunsay Batch #2 Banten, yang tulisannya tentang cerdas finansial menjadi viral di Facebook. Masya Allah, sangat legowo sekali dengan pemberian nafkah dari suami. Diusahakan agar tidak pernah meminta lagi meskipun uang belanja sudah habis di tengah bulan. Jadi berkaca pada diri sendiri alias makjleb karena saya masih suka meminta lagi dan tidak jarang menuntut.

Dulu, waktu saya masih bekerja di ranah publik, sama sekali tidak pernah meminta kepada suami karena alhamdulillah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri. Sempat keranjingan belanja online juga dan layaknya perempuan pada umumnya, sangat senang sekali membeli baju, kerudung, dan sepatu. Sampai saat diharuskan menjadi ibu yang bekerja di ranah domestik, semua baju, kerudung, dan sepatu yang sudah ditumpuk di lemari dan rak sepatu sama sekali tidak terjamah dan menjadi mubazir. Alhamdulillah sudah disadarkan bahwa hal tersebut tidak penting, dan akhirnya banyak didonasikan ke teman atau saudara yang dengan suka cita menampung.

Berlanjut ke tahap belajar cerdas finansial selanjutnya, saya masih suka belanja buku anak yang mahal-mahal dengan tabungan yang masih dimiliki hasil uang pesangon. Memang, pesangon itu dipakai juga untuk melunasi hutang-hutang yang sebelumnya saya ambil karena merasa dapat membayar cicilannya setiap bulan. Tetapi sisanya yang ada, masih saya gunakan untuk memenuhi hasrat belanja atau makan-makan dan jalan-jalan. Sampai akhirnya tabungan itu habis dan tidak bersisa. Dari situ saya belajar banyak, memulai hanya mengandalkan penghasilan suami untuk kehidupan sehari-hari dan sudah tidak bisa fleksibel dalam berbelanja, makan, atau jalan-jalan.

Dan ternyata perjalanan itu tidak mudah, tidak jarang uang belanja sudah habis dan suami akan menambahnya di akhir bulan hasil pekerjaan sampingan atau jualan. Dari situ saya berpikir bagaimana caranya agar tidak habis di tengah bulan. Sudah sekitar 4 bulan ini, keuangan keluarga bisa lebih sehat. Ada terus sampai akhir bulan karena saya menerapkan pos-pos belanja dan menepatinya setiap hari. Alhamdulillah.. Cerdas finansial adalah perjalanan panjang bagi saya sendiri, semoga dapat memberikan pengertian kepada anak-anak lebih dini. Karena sejatinya, kebahagiaan bukan hanya seputar uang. Masih banyak rezeki lainnya yang jauh membuat hidup lebih bahagia. Kesehatan, suami penyayang, anak-anak sehat, ceria, dan cerdas, serta keluarga yang utuh. It's priceless!

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Thursday, February 15, 2018

Game Level 8: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini (Day 14)

Akhir-akhir ini Neta sering sekali meminta sesuatu yang random. Coklat, kentang, jam tangan, ban renang, dan barang-barang atau hal-hal lainnya. Setelah ditanyakan kepada Neta, kenapa tiba-tiba suka meminta hal-hal tersebut adalah karena temannya di sekolah juga punya/bawa. Wah padahal baru kelas TKA, tapi peer pressure sudah begitu kental mengena pada anak. Mungkin karena Neta bukan anak yang dibiasakan kekinian dengan barang-barang terbaru atau cemilan enak, dia jadi mudah terpengaruh juga.

Akhirnya Mami berikan pengertian kepada Neta, apakah yang Neta minta itu adalah kebutuhan atau keinginan? Dia dengan polosnya menjawab, "Neta pingin, Mami..". Nah! Berarti bukan kebutuhan kan. Mami lanjutkan lagi deh ceramahnya. Kalau membeli sesuatu, kita lihat dulu, apakah memang butuh atau hanya sekedar ingin. Bila butuh maka hayuk kita beli, bila hanya ingin berarti belum saatnya kita membeli. Neta pun hanya melengos hehehe.. Tak jarang dia ngambek dan mengeluh karena tidak dapat apa yang dia inginkan. Tidak apa-apa.. Pelan-pelan ya Neta. Mami pun perlu waktu yang lama untuk bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Tetapi semoga Neta dan Nara bisa lebih cepat menyadari dan mengerti tentang hal ini lebih cepat dari Mami yaa.. Aamiin. :)

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Wednesday, February 14, 2018

Game Level 8: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini (Day 13)

Selasa, 13 Februari 2018

Setelah kemarin jadwal membeli mainan dari hasil celengan kardus tidak jadi dilakukan karena Mami lupa membawa uang ketika menjemput sekolah, akhirnya hari ini terlaksana juga. Neta dengan mantap memilih stiker-stikeran, mainan favoritnya. Stiker-stikeran ini terdiri dari gambar perempuan plus baju dan perlengkapannya, mirip dengan mainan Mami dulu yang terbuat dari kertas. Sekarang sepertinya mainan orang-orangan dari kertas sudah tidak ada ya, digantikan dengan mainan stiker ini. Sedangkan Nara memilih balon untuk ditiup di rumah. Harga mainan stiker 3000 rupiah, sedangkan harga balon 1000 rupiah saja. Masih ada sisa 1000 dari hasil menabung di celengan kardus hihihi.. Mainan tidak harus mahal kok, yang terpenting bukan harganya melainkan orang tua ikut bermain bersama anak. :)

Stiker orang-orangan

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Tuesday, February 13, 2018

Game Level 8: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini (Day 12)

Senin, 12 Februari 2018

Hari ini Mami kembali aktif membuat mainan untuk anak-anak. Dimulai dengan membuat mainan untuk Nara. Seperti biasa, Mami mengambil bahan dari printable. Sudah di-print untuk keperluan seminggu, jadi setiap harinya tinggal gunting-gunting saja. Tapi Mami mulai hari ini mencoba me-laminating dengan menggunakan lakban bening agar mainannya lebih awet. Bagian lainnya berupa alas main ditempel di kardus sebelum diberi lakban bening juga.

Dulu waktu awal-awal berlangganan printable berbayar, rasanya mau punya mesin laminating sendiri di rumah. Tapi tidak disetujui oleh Papi. Katanya kalau mau laminating ke tukang fotokopi saja. Sempat kesal juga karena kenapa sih tidak disetujui, padahal untuk keperluan pendidikan anak. Setelah dipikir-pikir, memang tidak urgent juga, masih bisa digantikan dengan peralatan lain yang lebih sederhana dan lebih murah, seperti lakban bening dan gunting. Anak-anak pun lebih senang dengan mainan hasil karya tangan Maminya sendiri hehehe.. Terima kasih Papi sudah menjadi benteng Mami dalam berbelanja berlebihan. :)

Dengan kardus, lakban bening, dan gunting, mainan menjadi lebih awet

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Monday, February 12, 2018

Game Level 8: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini (Day 11)

Hari ini Mami, Neta, dan Nara mengamati perkembangan sayur kangkung dan bayam yang tiga hari lalu sudah ditanam benihnya. Ternyata belum ada perkembangan yang berarti. Neta pun menjadi lebih bersemangat untuk menyiram tanamannya agar cepat tumbuh menjadi sayuran katanya. Perkembangan sayuran dicatat juga di buku My Nature Journal karya Kenia Dyanti & DK Wardhani. Seperti ini penampakannya:

 Buku My Nature Journal

 Lembar pengamatan perkembangan tanaman

Lembar pengamatan bercocok tanam kangkung (baru Neta check list bagian benihnya)

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Sunday, February 11, 2018

Game Level 8: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini (Day 10)

Sabtu, 10 Februari 2018

Hari ini jadwal Mami begitu padat hahaha.. Sok sibuk banget ya. Paginya sibuk mengerjakan urusan domestik, supaya siangnya bisa dengan tenang memandu matrikulasi offline lanjut persiapan acara Milad IP Tangsel yang ke-2 untuk besok sampai malam. Huhu.. maafkan Mami ya Papi, Neta, dan Nara.

Sepulangnya dari persiapan acara milad, Mami menyempatkan untuk mengecek celengan lumba-lumba yang tempo hari telah dibuat bersama Neta dan Nari. Hihi.. tutupnya sudah copot dan uang logamnya bisa diambil untuk dihitung. Sebelumnya, jika ada uang logam 100 atau 200, Mami berikan kepada Neta dan Nara untuk dimasukkan ke celengan tersebut. Setelah dihitung ternyata sudah ada 5000 rupiah. Waaah.. sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit yaa.. :)

Lalu Mami bertanya kepada Neta, "Neta, uang di celengan sudah ada lima ribu, nih. Mau dibelikan apa?". Neta menjawab, "Mainan.". Hehehe.. Baiklah Neta, Senin besok bisa beli mainan di abang gerobak depan sekolah sama-sama Nara ya. :)

Celengannya sudah terbuka tutupnya

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Saturday, February 10, 2018

Game Level 8: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini (Day 9)

Jumat, 9 Februari 2018

Hari ini Mami membuatkan mainan kamera dari kardus untuk Neta dan Nara. Sebenarnya sudah lama dapat kit-nya, waktu belajar bareng Mba Uchy Widya. Sudah ada beberapa bagian yang sudah ditempel juga, jadi hanya tinggal sedikit finishing lagi. 

Kamera dari kardus

Ketika sudah jadi, Neta dan Nara senang sekali. Malah keduanya berebutan mau coba pakai dan bermain. Haduh.. harus buat 2 sepertinya nih hehehe.. Dari sini tidak hanya Neta dan Nara yang belajar, tetapi Mami juga, bahwa mainan yang menyenangkan dan edukatif untuk anak tidaklah harus mainan mahal. Dengan mainan dari bahan bekas pakai, dengan nilai plus dibuat oleh sendiri oleh ibunya, anak-anak pun sudah senang serta meninggalkan memori dan bonding yang lebih kuat antara anak-anak dan orang tua.

Sudah beberapa bulan terakhir, Mami pun "taubat" membelikan mainan dan buku-buku yang mahal atau impor. Dulu waktu Mami masih bekerja, semuanya bisa dibeli tanpa berpikir panjang. Setelah Mami tidak bekerja, ada masa-masa peralihan, dimana Mami masih suka beli dengan uang tabungan sendiri yang lama-lama habis juga karena tidak ada pemasukan lagi. 

Berangkat dari pengalaman tersebut, Mami coba bicarakan dengan Papi. Papi yang memang lebih rasional dari Mami (hehehe) menyarankan bahwa boleh saja membelikan mainan dan buku, tapi setiap bulan ada budget maksimal dan beli sesuai kebutuhan saja. Sekarang kalau beli buku, buku berbahasa Indonesia saja, di toko buku terdekat. Ternyata meskipun harganya jauh lebih murah dari buku impor, isinya tetap bagus kok, ada penanaman moral sesuai budaya Indonesia, dan tentunya anak-anak lebih mengerti karena berbahasa Indonesia. Beli mainan pun sekarang cukup di abang gerobak depan sekolah Neta. Dengan harga mainan berkisar antara 1000-3000 rupiah, anak-anak sudah sangat senang. Karena yang terpenting adalah apakah orang tua mau menemani mereka bermain, bukan berapa harga mainannya. :)

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Friday, February 9, 2018

Menu 5-9 Februari 2018

Menu Senin, 5 Februari 2018

Hari ini menunya rolade bumbu lada hitam, tempe orek, dan tumis buncis tahu. Untuk resep tempe orek ada di sini. Untuk resep tumis buncis tahu ada di sini. Berikut resep rolade bumbu lada hitam:

Bahan-bahan:
1. Rolade sapi Superindo isi 9 buah Rp 20.000
2. Bawang bombay Rp 2.000
3. Bumbu Bamboe Asia Saus Lada Hitam Rp 8.400
4. Minyak goreng secukupnya untuk menumis dan menggoreng
5. Air 1 gelas (200 mL)

Cara memasak:
1. Goreng rolade di minyak panas hingga matang
2. Iris besar-besar bawang bombay
3. Tumis minyak, masukkan bawang bombay sampai harum
4. Masukkan bumbu lada hitam, air, dan rolade yang telah digoreng
5. Masak bumbu meresap dan air mendidih

Jumlah biaya yang dikeluarkan: kurang lebih Rp 31.000
Waktu memasak: kurang lebih 30 menit
Untuk 3-4 porsi

Menu Selasa, 6 Februari 2018

Hari ini menunya ikan gurame goreng dan sayur asem. Untuk resep sayur asem ada di sini. Berikut resep ikan gurame goreng:

Bahan-bahan:
1. Ikan gurame 1 ekor Rp 22.000, minta bersihkan dan potong 5 di warung
2. Bumbu Racik Ikan Goreng Rp 1.800
3. Minyak goreng secukupnya untuk menggoreng

Cara memasak:
1. Cuci bersih ikan yang telah dipotong
2. Bumbui ikan dengan bumbu racik hingga rata
3. Diamkan minimal 15 menit atau bisa ditaruh di freezer terlebih dahulu
4. Goreng ikan saat akan makan

Jumlah biaya yang dikeluarkan: kurang lebih Rp 24.000
Waktu memasak: kurang lebih 20 menit
Untuk 5 porsi

Menu Rabu, 7 Februari 2018

Hari ini menunya teri balado, tumis jamur, dan tempe goreng. Untuk resep tempe goreng ada di sini. Berikut resep teri balado dan tumis jamur.

Teri balado
Bahan-bahan:
1. Teri 250 gr (oleh-oleh dari Mamah waktu ke Tanjung Pinang)
2. Bumbu Kokita Inti A Rp 8.000
3. Minyak goreng secukupnya untuk menumis dan menggoreng

Cara memasak:
1. Goreng ikan teri, tiriskan
2. Panaskan minyak untuk menumis, lalu tumis bumbu
3. Masukkan teri, aduk rata

Jumlah biaya yang dikeluarkan: kurang lebih Rp 28.000
Waktu memasak: kurang lebih 20 menit
Untuk 4-5 porsi

Tumis jamur
Bahan-bahan:
1. Jamur tiram 1 bungkus Rp 3.000
2. Bawang merah 4 siung
3. Bawang putih 3 siung
4. Cabe hijau besar Rp. 1.000
5. Bumbu Magic Lezat Rp 3.50
6. Minyak goreng secukupnya untuk menumis
7. Air 200 mL

Cara memasak:
1. Potong-potong memanjang jamur, kemudian cuci dan tiriskan
2. Iris halus bawang merah dan bawang putih
3. Iris serong cabe hijau
4. Panaskan minyak, tumis bawang hingga harum
5. Masukkan cabe, aduk
6. Masukkan jamur, bumbu, dan air
7. Masak hingga matang dan air mendidih

Jumlah biaya yang dikeluarkan: kurang lebih Rp 6.000
Waktu memasak: kurang lebih 20 menit
Untuk 3-4 porsi

Menu Jumat, 9 Februari 2018

Hari ini memasak spaghetti bolognese telur, berikut resepnya:

Bahan-bahan:
1. Spaghetti La Fonte 225 gr Rp 7.800
2. Bumbu bolognese Del Monte Rp 27.000 (pakai separuh botol)
3. Bawang putih 3 siung
4. Telur 3 butir
5. Minyak goreng secukupnya untuk menumis

Cara memasak:
1. Rebus air hingga mendidih, masak spaghetti hingga matang, tiriskan
2. Iris halus bawang putih
3. Panaskan minyak, tumis bawang hingga harum
4. Masukkan telur, orak-arik
5. Masukkan bumbu bolognese, aduk rata
6. Sajikan spaghetti dengan telur orak-arik bolognese, tambahkan parutan keju bila suka

Jumlah biaya yang dikeluarkan: kurang lebih Rp 30.000
Waktu memasak: kurang lebih 20 menit
Untuk 4-5 porsi