Sunday, January 20, 2019

Changing Guilty Feelings into Positive Action

(Mengubah Perasaan Bersalah menjadi Aksi Positif)

Cerita ini bermulai ketika saya melahirkan anak pertama, dan berubahlah status saya menjadi seorang ibu. Apakah yang saya rasakan ketika itu? Senang sudah pasti. Terharu, melihat ada makhluk mungil nan elok lahir ke dunia dan dinobatkan sebagai 'anakku'. Selain itu? Jujur saja saya bingung. Menyusui saja belum bisa, menggendong masih kaku, sering menangis karena kurang tidur, dan banyak perasaan-perasaan lainnya yang bercampur aduk menjadi satu. Baru diketahui setelah beberapa waktu bahwa hal yang dirasakan tersebut adalah sindrom baby blues.

Alhamdulillah 2 bulan berjalan.. Saya sudah bisa kembali hidup relatif 'normal' dengan kehadiran seorang bayi. Menyusui dan memompa asi sudah handal 👍🏻 Menggendong, mengganti popok, dan beraktivitas sehari-hari bersama bayi di rumah sudah sigap 👍🏻 Tidur sudah mulai cukup karena jam tidur bayi pun dapat dikatakan teratur 👍🏻 Tetapi satu bulan lagi, Mami harus kembali bekerja di ranah publik, Nak.

Selama bekerja di ranah publik, alhamdulillah sedikit demi sedikit dapat me-manage waktu untuk berperan sebagai ibu, istri, dan karyawati. Suami pun sangat mendukung dan membantu. Kala itu support system juga memadai. Sejak umur 3 bulan sampai hampir 3 tahun, Neta diasuh oleh kakek-neneknya jika saya sedang bekerja. Lalu lanjut masuk daycare. Sampai akhirnya.. Sekarang Neta diasuh oleh maminya sendiri karena maminya di-PHK dari perusahaan tempatnya bekerja. 🤭

Lalu bagaimanakah perjalanan saya dari ibu yang bekerja di ranah publik yang kemudian 'terpaksa' menjadi ibu rumah tangga? Kisahnya ada di sini.

Tetapi setelah 'berhasil' menyebut diri sebagai ibu rumah tangga bahagia, masih ada satu perasaan yang mengganjal dan belum terselesaikan. Apakah itu? Yup, Guilty Feelings (Perasaan Bersalah).

Jujur saya akui, ketika saya bekerja di ranah publik, tidak jarang ketika saya pulang ke rumah, hanya tersisa sedikit energi untuk membersamai Neta. Sering saya, si pelor dan kebluk ini, tidur terlebih dahulu daripada Neta dan kemudian Neta akan diasuh papinya sampai tertidur. Rupanya kebiasaan ini berlanjut, Neta jadi lebih dekat dengan papinya, apa-apa maunya sama Papi. Kalau Papi pergi, Neta menangis. Kalau saya yang pergi biasa saja. Kalau papinya peluk dan cium Neta, dia mau. Kalau maminya yang minta, dia tidak mau. Dan yang paling menyakitkan adalah ketika saya bertanya: Neta sayang Papi? Dia jawab iya. Neta sayang Mami? Dia jawab tidak. 🔪🔪🔪🔪🔪🔪🔪🔪 Makjleb. Sakitnya tuh di sini. 😭

Ini bahkan terjadi setelah saya ada di rumah alias sudah beberapa waktu menjadi ibu rumah tangga.

Lalu saya berpikir dan berpikir.. Merenung dan merenung.. Bagaimana menyelesaikan tantangan ini. Perasaan bersalah karena dulu tidak berada sepenuhnya di sisi Neta, adakah cara untuk memperbaikinya sekarang? Alhamdulillah.. Ada jalannya ❤ Berikut saya kupas satu per satu jalannya..

1. Mengakui kesalahan
Saya mengakui kesalahan saya semasa dulu. Saya bercerita kepada suami, meminta maaf kepadanya, meminta maaf juga kepada Neta. Alhamdulillah suami tidak men-judge saya.. Neta juga memaafkan saya insya Allah.. Mengakui kesalahan bukan untuk bersedih, tetapi untuk mencegah mengulanginya lagi.

2. Menerima diri sendiri
Selain meminta maaf kepada suami dan anak, maafkanlah juga diri sendiri.. Ini adanya saya dan sifat saya, kesalahan saya. Mari berubah untuk memperbaiki.

3. Berniat menjadi ibu yang lebih baik lagi setiap harinya
Seorang ibu adalah seorang manusia yang ada kelebihan dan kekurangan. Bisa berbuat hal yang benar dan yang salah. It's OK.. Because motherhood is journey.. Yang diazamkan di dalam hati adalah lakukan terus yang baik. Apabila melakukan kesalahan, sadari, dan kemudian perbaiki. Jangan berlama-lama dalam kubangan 'saya bersalah', ' saya bukan ibu yang baik', dan kalimat-kalimat sejenis.

4. Lakukan yang bisa dilakukan, fokus pada kelebihan diri
Ada quotes yang sangat bagus tentang motherhood:
There is no way to be a perfect mother and a million ways to be a good one ~Jill Churchill
Quotes yang dapat menyemangati saya di kala down. Dari satu kesalahan yang kita buat sebagai ibu, insya Allah ada beberapa kebaikan lain yang telah kita lakukan sebagai ibu. Saya meyakininya dan menjadikannya penyemangat. Saya tidak sempurna, tapi saya tetap berusaha melakukan hal-hal yang baik untuk anak-anak.

5. Tetap belajar
Saat ini banyak sekali referensi-referensi ilmu parenting. Saya pun senang membaca kemudian mencatat ilmu yang sekiranya sesuai bagi keluarga saya untuk dipraktikkan. Ini adalah salah satu cara untuk upgrade diri kita sebagai ibu.

6. Manajemen emosi
Saya akui saya pun masih terus belajar untuk hal yang satu ini. Saat saya emosi kepada anak, yang saya ingat adalah bahwa anak belum 100% sempurna perkembangannya. Kita saja yang sudah dewasa masih melakukan kesalahan. Anak melakukan kesalahan adalah hal wajar karena masih belajar. Cara menanggulangi emosi yang efektif bagi saya adalah:
- Diam (tarik nafas)
- Lakukan hal yang disuka (misalnya saya suka makan)
- Berbagi pada suami. Bilang perlu pertolongan jika lelah, bila suami ada di rumah. Jika tidak ada di rumah, saya merasa cukup dengan meneleponnya hehe..
Kenali kapan dan mengapa saat kita emosi, dan kenali pula cara mengatasinya. ❤

7. Last but not least.. Berdoa kepada Allah
Mohon dilembutkan hati anak-anak dan saya.. Agar saya dapat menyayangi anak-anak dengan ikhlas, anak-anak pun dapat menerima dan menyayangi maminya ini.. Saya pun berdoa agar saya rida kepada anak-anak saya, sehingga Allah pun rida kepada mereka, dan mereka pun mengingat saya sebagai ibunya karena Allah..

Alhamdulillah demikianlah sharing saya tentang mengatasi perasaan bersalah. Alhamdulillah juga sekarang Neta sudah dekat sama Mami. Kalau Mami pergi, Neta mau ikut. Mau juga dipeluk dan dicium sama mami. Bilang sayang juga sama Mami.. Sesuatu yang priceless bisa mengalaminya.. Alhamdulillah wasyukurilah. 💞

Tulisan ini saya post ulang untuk mengikuti Sayembara Menulis Ibu Profesional Asia. Semoga bermanfaat. 😊

#IbuProfesionalASIA
#1stAnniversaryIPAsia

Saturday, January 19, 2019

Jurnal Fasilitator Bunsay Batch 4 Kelas Tangsel Offline Level 4


Pertemuan Review 3 & Materi 4
Minggu, 2 Desember 2018 pukul 9-12 di rumah Mba Vivi (Legoso)

Agendanya seperti biasa diawali pemaparan aliran rasa oleh peserta, lanjut review materi 3 (meningkatkan kecerdasan anak). 



Mba Putri sedang mengalirkan rasa


Lalu materi 4 (mengenal gaya belajar anak) diawali dengan games per peer groupAda 4 kartu pilihan:
1. Menghafal nama-nama ibukota
2. Listening song
3. Mikuya dance
4. Tebak bumbu dapur dengan mata tertutup

Peer group 3 dapat games tebak bumbu dapur. Semuanya benar menjawab 👍🏻 


Mba Dita ditutup matanya, sedang tebak bumbu dapur


Peer group 4 dapat games menghafal nama-nama ibu kota yang sudah ditulis di kertas flipchart. Tampak agak kesulitan. Rata-rata dari 20 nama ibukota, anggota grup 4 dapat menuliskan ulang 11-13 saja.


 Serius menghafal nama-nama 20 ibu kota

Jeng jeng! Bagaimana nih cara menghafalnya?

Mendengarkan instruksi

Peer group 1 dapat games mikuya dance. Mba Ni'mah sebagai yang terdepan memimpin tarian 😁


Ayo nari!

Latihan


Praktik mikuya dance

Peer group 2 dapat games listening song berjudul fight song (Rachel Platten). Tampak kesulitan juga karena berbahasa Inggris dan hanya 2x dengar.



Lagu Rachel Platten - Fight Song

Setelah itu, membahas materi 4 tentang gaya belajar visual, auditori, kinestetik beserta tantangan 10 hari. Tidak lupa berdiskusi dan tanya jawab di akhir.

Ditutup dengan berpamitannya Mba Niar yg mau mutasi ke Semarang.😭Beliau menyampaikan farewell, memberikan kenang-kenangan, dan meminta semuanya menuliskan kesan dan pesan untuknya. Tak lupa kami memberikan sedikit kenang-kenangan untuk Mba Niar berupa foto kami yang telah dipigura. Semangat terus Mba Niar melanjutkan bunsaynya di kelas Jateng online 💪🏻😘

 Mba Niar berpamitan

Terima kasih kenang-kenangannya, Athar! :*

 Memberikan bingkisan untuk Mba Niar

Isinya foto sekelas yang sudah dibingkai

Di akhir acara tentunya foto wajib sebelum pulang dan boomerang!

Persahabatan bagai kepompong

Emak hobi boomerang