Sunday, August 12, 2018

Aksi untuk Bumi, Kita Bisa Mulai Melakukan 7 Hal Ini Lho Moms!

Pernah terbayang ga sih Mom, sampah yang kita hasilkan tiap hari itu sebenarnya lari kemana? Kalau saya, langsung terbayang tumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), beserta lalat-lalat dan beberapa pemulung yang sedang mengais sampah. Jadi, sampah kita itu sebenarnya musnah atau hanya berpindah tempat? Sehat kah cara kita membuang sampah? Mungkin di daerah kita bersih karena sampah diangkut ke TPA tadi. Bagaimana dengan masyarakat sekitar TPA? Lalu bila semua orang di dunia membuang sampah dengan cara yang sama (membuang ke TPA), akankah anak-anak kita nanti memiliki tempat tinggal yang layak?

Yuk kita mulai melakukan hal-hal sederhana berikut, Moms. Istilahnya think globally, act locally. Perbaikan untuk bumi bisa dilakukan dimulai dari rumah, oleh kita para ibu. Simak yuk, Moms!

1. Belanja tanpa plastik (membawa wadah dan tas belanja sendiri)

Ini adalah hal pertama yang saya praktikkan karena yang paling mudah. Dimulai dari belanja ke warung dengan membawa tas belanja sendiri. Tas belanjanya tidak beli baru koq, Moms. Saya menggunakan tas bekas yang didapat dari berkat pengajian. Jangan lupa sebelum belanja mempersiapkan apa saja yang mau dibeli atau membuat list terlebih dahulu kalau belanjanya banyak. Misal mau belanja ikan, sayuran, dan bawang merah. Berarti saya bawa satu wadah yang cukup untuk ikan, satu wadah untuk sayuran, dan jaring-jaring untuk bawang. Wadahnya juga memanfaatkan yang sudah ada di rumah. Mulai dari wadah bermerk sampai wadah bekas, misal bekas membeli homemade nugget, dan jaring-jaring juga bekas tempat bawang waktu membelinya di supermarket.

Selain belanja di warung, saat beli makan di luar, atau jajan minuman juga bawa wadah sendiri yuk. Saat pergi keluar untuk jalan-jalan juga persiapkan membawa tas jinjing berisi barang-barang berikut:
- Tas kain (kalau sewaktu-waktu belanja selain makanan dan minuman)
- Tas jaring (bisa untuk alternatif selain tas kain)
- Sapu tangan (pengganti tissue, misal untuk membersihkan hidung anak ketika pilek)
- Lap (untuk mengelap yang kotor)
- Tempat makan (kalau sewaktu-waktu beli makan/tidak direncanakan)
- Tempat minum (air putih dan botol kosong kalau sewaktu-waktu jajan minuman)
- Peralatan makan (sendok/garpu/sumpit/sedotan yang disimpan di dalam tempat bersih)
Sumber: Instagram @dkwardhani

Terlihat repot ya. Saya juga bagian bawa tas jinjing beserta isinya ini masih sering lupa. Tapi kalau belanja yang direncanakan insya Allah sudah ingat untuk membawa wadah dan tas sendiri, disesuaikan dengan barang yang mau dibeli.

2. Food preparation

Saya sendiri lebih suka membeli bahan masakan per hari dan secukupnya supaya tidak terlalu lama menyimpan di kulkas. Tetapi ada beberapa bahan yang saya simpan dengan metode food preparation, misalnya cabe dan bumbu dapur seperti jahe, lengkuas, kunyit, daun salam, dan sereh. Caranya cuci bersih cabe atau bumbu dapur, lalu masukkan ke wadah beralaskan tissue atau lap. Alhamdulillah cabe dan bumbu dapur lebih awet dan meminimalkan yang terbuang. Untuk sayuran dan lauk juga bisa lho kalau Mommies belanjanya per minggu atau sekalian banyak. :) 

3. Memilah sampah

Kalau saya memisahkan sampah menjadi empat macam, yaitu sampah organik (sisa memasak dan bahan organik lainnya), sampah yang bisa diterima bank sampah (seperti kertas bersih, berbagai jenis gelas dan botol plastik, kemasan tetrapak, kardus, dsb), sampah plastik yang tidak diterima bank sampah tetapi masih bisa diolah (kemasan mie instan, kemasan sachet misalnya bungkus kopi, kemasan refill seperti minyak goreng, deterjen, pewangi, dsb), dan sampah yang dikirim ke TPA (popok sekali pakai, tissue, selotip, stiker, dll).

Kalau sampah organik dibuat kompos. Cara membuat komposter sederhana dengan biaya 0 rupiah ada di poin 4 yaa.. Untuk sisa hewani seperti tulang ayam dan ikan, diberikan ke kucing yang banyak berseliweran di depan rumah. Oya pastikan untuk membeli bahan masakan sesuai yang akan dimasak dan makan secukupnya agar tidak terbuang. Kalau ada sisa biasanya suami saya yang habiskan makanannya hehehe..

Sampah yang diterima bank sampah dipastikan bersih dan kering (dicuci dan dijemur terlebih dahulu). Coba cek bank sampah sekitar rumah, menerima jenis sampah apa saja kah. Kalau saya mau ke bank sampah Melati Bersih, berlokasi di Perumahan Bukit Pamulang Indah. Panduan pilah sampah dan lokasi dapat dicek di www.banksampahmelatibersih.com.

Untuk sampah plastik yang tidak diterima bank sampah, saya cuci dan jemur juga. Rencananya mau dibuat ecobricks. Tapi sampai saat ini baru tahap menyimpan saja, belum membuat karena belum ada waktunya hehehe.. sok sibuk. Cara membuatnya mudah sebenarnya. Gunting kecil-kecil sisa plastik lalu masukkan ke botol plastik sampai padat. Nanti ecobricks bisa digunakan untuk membuat tembok, meja, atau kursi. Memang perlu berkolaborasi dengan orang lain ataupun dengan komunitas ecobricks supaya ecobricks dapat dimanfaatkan. 

Jenis sampah plastik yang tidak diterima bank sampah merupakan sampah terbanyak yang ada di rumah saya. Karena kami sekeluarga masih suka membeli makanan dalam kemasan misalnya mie instan, nugget dan kawan-kawannya. Anak-anak juga suka jajan, entah itu biskuit, permen, atau makanan kecil lainnya. Ga sehat banget yah.. Tapi masih susah nih untuk berhenti. Sebenarnya ada gerakan eating clean yang sejalan dengan gerakan zero waste ini, yaitu memakan makanan alami (bukan makanan dalam kemasan), tidak makan tepung gluten, tidak pakai kecap, saus, dll. Tapi ya itu, kami sekeluarga masih belum bisa menerapkannya (emoticon tutup mata).

Untuk sampah yang dibuang ke TPA masih ada nih hiks.. Kalau saya, yaitu popok sekali pakai dan tissue. Semoga ke depannya mantap untuk mulai toilet training anak kedua (doakan ya teman-teman) dan bisa mengajak keluarga terutama suami untuk berhenti membeli tissue.

4. Membuat komposter

Saya membuat komposter dengan menggunakan bahan dan peralatan yang ada di rumah. Pertama bolongi bagian bawah ember bekas cat (yang besar), lalu masukkan dedaunan kering. Campur tanah dan pupuk di tempat terpisah. Setelah bercampur, masukkan ke ember bekas cat. Baru masukkan sisa sampah organik dan tambahkan air beras. Terakhir tutup dengan dedaunan lagi dan plastik untuk meminimalkan penguapan. Sampah organik bisa ditambahkan setiap hari ke komposter ember bekas cat ini. Dua sampai tiga hari diaduk dan jaga kelembabannya dengan menambahkan air beras kalau terlalu kering, dan organik coklat seperti daun kering kalau terlalu basah. Kalau ada belatung atau cacing tambahkan sisa buah busuk. Nanti 2-3 bulan bisa panen kompos. Ambil 2/3 bagiannya saja, 1/3-nya untuk bahan komposter lagi. Jangan terkena hujan juga yaa..

Tantangannya kalau komposter tidak jalan akan berbau. Sudah mulai berbau nih komposter di rumah. Ada saran ibu-ibu? (Malah bertanya hehehe..).

5. Berkebun

Ini sebagai tindak lanjut agar kompos dapat dimanfaatkan. Tetapi saya juga belum mulai memanfaatkan komposnya karena baru mulai membuat komposter selama kurang lebih satu bulan yang lalu. Berkebun juga baru sebatas pernah menanam cabe dan daun bawang, belum lanjut ke tanaman yang lain. Tapi pernah membayangkan ga sih Moms, kita bisa menanam bahan-bahan masakan sendiri di rumah, mengambilnya untuk dimasak di dapur sendiri (tidak usah belanja sayuran dan bahan organik lainnya), plus memanfaatkan sisa bahan organik yang menjadi pupuk kompos untuk menyuburkan kebun kita tersebut. Seperti siklus dan berkesinambungan ya. Masya Allah, keren banget kalau bayangan saya itu bisa tercapai di rumah sendiri..

6. Menggunakan lerak sebagai pengganti deterjen

Yang ini juga baru sebatas pernah mencoba lerak yang diberikan oleh Mba Britania Sari. Dan baru simpan nama penjualnya aja hehe.. Belum beli. Mengapa? Karena ini perlu edukasi kepada suami. Saya pernah menggunakan lerak untuk mencuci piring. Tapi untuk mencuci baju atau mengepel lantai belum pernah karena kedua hal tersebut adalah tugas Paksu. Masih belum berani atau menemukan momen tepat untuk edukasi lerak sebagai pengganti deterjen. Menjadi pengingat ketika menulis artikel ini, untuk segera bercerita dan mengajak suami memakai lerak. Doakan agar berhasil ya ibu-ibu.

7. Mengolah minyak goreng jelantah menjadi sabun atau mengirimnya ke belijelantah.com

Yang ini saya juga belum mempraktikkannya. Sudah ada beberapa workshop membuat minyak jelantah berseliweran, tetapi belum berjodoh dengan jadwalnya. Yang berminat yuk hubungi Mba Vina, ada lho workshop-nya Sabtu, 25 Agustus 2018 di rumah Mba Sari Yahya.

Selain dijadikan sabun, minyak jelantah juga bisa dikirim ke belijelantah.com. Kumpulkan minimal 10 liter minyak goreng, hubungi tim belijelantah, dan mereka akan pick up minyak jelantahnya. Minyak jelantah dihargai Rp 1.000-3.000 per liter. Minyak goreng jelantah kemudian akan di-recycle untuk dijadikan biodiesel.
Sumber: Instagram @faraziza.

Masih banyak lho Moms aksi-aksi positif lainnya untuk menyelamatkan bumi kita. Sedikit atau sekecil apapun, apabila dimulai saat ini dan konsisten menjalankannya insya Allah akan bermanfaat. Jangan lupa untuk sharing juga perjalanan aksi untuk bumi ini, agar semakin banyak yang aware dan memulai perjalanannya menyelamatkan bumi. :)

Thursday, August 2, 2018

Kulwap Menulis bersama Teh Indari Mastuti

Hari Kamis minggu kemarin, 26 Juli 2018, ada kulwap di grup Kejar Menulis IP Tangsel dengan narasumber Teh Indari Mastuti, seorang penulis perempuan yang masya Allah produktif dan semangatnya begitu menginspirasi.

Insight yang didapat dari kulwap tersebut tak lain dan tak bukan adalah agar terus menulis setiap hari dan percaya diri dengan hasil tulisan diri sendiri. Cara beliau me-manage waktu juga sungguh luar biasa. Antara ibadah, keluarga, dan cita-cita semua bisa dilakukan beriringan, dengan tak melupakan hak-hak untuk diri seperti tidur, bersikap positif, dan senantiasa berbahagia. Penulis juga tidak hanya harus rajin menulis, tetapi juga harus pandai berbagi. Minimal membagikan tulisannya agar dibaca sebanyak-banyaknya orang dan juga berbisnis, minimal menjual tulisan dan/atau buku sendiri. Penulis tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, melainkan memberikan banyak manfaat kepada sebanyak-banyaknya orang lain. Masya Allah.. Menjadi cermin diri, sudah berada di tahap manakah saya sebagai seseorang yang mengikrarkan diri suka menulis? Sepertinya baru sampai kepada tahap menulis untuk menyelesaikan tugas hehehe..

Ya benar sekali, saat ini saya seringnya menulis di blog untuk menyelesaikan tugas-tugas IIP. Karena Tantangan 10 Hari di kelas Bunsay Reguler-lah blog ini hidup kembali. Di awal tahun 2018,  jadwal menulis ditambah dengan minimal tiga kali dalam seminggu posting di blog. Senin untuk tulisan mengenai pendidikan anak usia dini, Rabu untuk One Week One Post (OWOP) Kejar Menulis IP Tangsel, dan Jumat untuk resep masakan. Ada juga jadwal menulis bulanan: Jurnal Kelas Bunsay Leader, One Month One Book, dan laporan kegiatan event @itbmh_jaktangsel. Tapi itu semua hanya bertahan selama kurang lebih tiga bulan hehehe.. Setelah mengikuti proyek Ruang Berkarya Ibu (RBI) 2 di bulan Maret 2018, fokus menulis menjadi ke RBI (dan Bunsay) saja. Karena tugas RBI harus dilaporkan setiap hari. Tema tulisan yang lain pun terlupakan, mengingat masih ada keluarga yang harus tetap menjadi prioritas beserta amanah lainnya di IIP (sekretaris dan fasilitator).

Insya Allah ke depannya baru bisa menargetkan tulisan minimal tiga buah dalam satu bulan, yaitu artikel untuk WAGM IP Tangsel, Jurnal Bunsay Leader, dan Jurnal Fasilitator Bunsay. Ditambah dengan tantangan Kejar Menulis IP Tangsel (2 minggu sekali), yang nantinya insya Allah akan dibukukan dalam buku antologi. Semoga tercapai punya buku sendiri aamiin! Selain buku antologi bersama Kejar IP Tangsel, sedang menggarap juga buku hasil proyek RBI 2. Alhamdulillah tulisannya sudah disetor tadi siang. Doakan lancar yaa.. Berencana untuk memasukkan tulisan tentang Leader Camp IIP juga yang sayembaranya ditutup tanggal 10 Agustus ini. Belum mulai menulis sih.. Tapi Insya Allah sedang berniat untuk mengikuti tantangan-tantangan menulis yang melahirkan buku, minimal buku antologi, supaya memiliki karya seperti teman-teman Kejar Menulis yang lain. Oya, Jurnal Bunsay Leader juga menurut info Teh Chika akan dibukukan. Semoga saja semua target-target tulisan ini dapat tercapai dan menjangkau pembaca yang lebih luas lagi aamiin, aamiin, aamiin. :)

Untuk manajemen waktu, berikut saya tuliskan jadwal harian:

02.45-03.00 Bangun, sholat tahajud
03.00-04.00 Tilawah
04.00-04.30 Sahur (khusus Senin & Kamis), waktu online bila tidak sahur
04.30-04.45 Mandi
04.45-05.00 Sholat shubuh
05.00-05.30 Bangunkan suami, menyapu, beres-beres, cuci piring, lalu bangunkan anak-anak
05.30-06.00 Menyiapkan sarapan atau beli sarapan sambil jalan pagi
06.00-06.30 Sarapan bersama, menyiapkan air mandi
06.30-07.00 Anak-anak mandi
07.00-07.15 Memandu Neta menyiapkan peralatan sekolah
07.15-07.30 Bereskan tempat tidur, siap-siap ke sekolah
07.30-07.45 Mengantar Neta ke sekolah
07.45-08.00 Belanja ke warung
08.00-10.00 Sholat dhuha, kegiatan bersama Nara, snack time, tidur sebentar
10.00-11.00 Memasak
11.00-11.15 Jemput Neta sekolah
11.15-11.30 Neta ganti pakaian
11.30-12.00 Neta dan Nara bermain bebas, Mami siapkan makan siang, santai
12.00-12.15 Sholat zuhur
12.15-13.00 Makan siang, cuci piring
13.00-15.00 Baca buku sebelum anak-anak tidur siang, waktu Mami menulis dan online
15.00-15.30 Bangunkan anak-anak, Neta ganti baju mengaji
15.30-15.45 Sholat ashar
15.45-17.15 Mengantar Neta mengaji
17.15-17.30 Siapkan air mandi dan makan malam
17.30-17.45 Anak-anak mandi
17.45-18.00 Saya mandi
18.00-18.15 Sholat maghrib
18.15-19.00 Mengaji bersama anak-anak, kids time
19.00-21.00 Shalat isya, makan malam, family time
21.00-21.30 Beres-beres, cuci piring
21.30-22.00 Sikat gigi sama anak-anak, persiapan tidur
22.00-03.30 Tidur atau kadang bergadang untuk menyelesaikan tugas

#kejarmenulisIPTangsel
#kulwapTehIndari