Berakhir sudah ke-hectic-an acara milad IP Tangsel di hari Minggu kemarin. Alhamdulillah acara berjalan lancar. Suami pun mau mengikuti acara seminarnya alhamdulillah, dan saya bertugas sebagai panitia di Kids Corner sambil mengasuh anak-anak sendiri. Ibu Septi dan Pak Dodik itu.. pemikirannya selalu out of the box. Seperti saat selesai acara, beliau-beliau menyarankan tidak ada yang namanya evaluasi panitia, yang ada adalah apresiasi. Masya Allah.. Begitu mulianya pemikiran Bapak dan Ibu. Seakan-akan mengerti bahwa kami panitia hanya ibu-ibu "biasa", sama seperti ibu-ibu lainnya yang terbatas waktunya dan sudah berusaha semaksimal mungkin, yang terbaik sebagai panitia, di tengah-tengah kesibukan sebagai istri, ibu, dan amanah yang lainnya.
Lho malah jadi bahas kepanitiaan. Hehehe.. Tidak apa ya. Setelah selesai kepanitiaan yang ini, sepertinya sangat plong dan insya Allah bisa lebih fokus menjalani amanah yang lain, salah satunya menjadi fasilitator matrikulasi offline ini.
Pertemuan keempat dilakukan di Kampung Dongeng, Jl. Musyawarah, Sawah Lama, Ciputat. Sebuah tempat yang sering dijadikan tempat aktivitas anak. Ada juga rumah bacanya dengan buku anak-anak yang cukup banyak. Di rumah baca inilah, kelas dilangsungkan. Pertemuan kali ini hari Jumat, dimana sedang ada libur tahun baru Imlek. Harapannya Sabtu dan Minggu besok bisa menjadi waktu keluarga.
Pertemuan pun dimulai pukul 09.30 dengan agenda review materi 3. Waaah sudah banyak peserta yang berani mengungkapkan aliran rasanya. Memang ya NHW surat cinta itu meninggalkan kesan tersendiri bagi para peserta karena menghangatkan kembali hubungan dengan suami yang sudah mulai terasa "hambar" hehehe.. Mengenali potensi anak, diri sendiri, dan keluarga pun ternyata tidak mudah yaa.. Banyak peserta yang masih bingung dengan kelebihan diri sendiri. Perlu berpikir lama katanya. Padahal pasti banyak ya kelebihan kita, hanya saja sulit untuk menyadarinya.
Tantangan di lingkungan pun cukup beragam. Ada yang di lingkungan rumahnya terindikasi sepasang pasangan LGBT. Ada yang keponakan laki-lakinya berperilaku seperti anak perempuan. Ada yang merasa sulit melepaskah gadget dari anak. Ada pula yang anak-anak di lingkungan sekitar sering berkata kasar dan tidak pantas untuk anak seusianya. Banyak sekali ternyata tantangan-tantangan yang muncul di lingkungan.
Yang saya rasakan ketika teman-teman bercerita tentang keadaan lingkungannya.. Jujur saja saya bingung memberikan jawaban, apalagi terkait LGBT dan fitrah seksualitas. Karena saya sendiri belum pernah menghadapinya langsung. Alhamdulillahnya teman-teman peserta saling sharing dan memberikan pendapat ataupun solusi. Duh, jadi merasa tambah tidak ada apa-apanya nih. Harus lebih rajin baca grup fasil sepertinya, supaya wawasan lebih luas dalam menjawab pertanyaan sehingga lebih siap menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari peserta.
Saat materi ke-4 "Mendidik dengan Kekuatan Fitrah", di kelas banyak membahas jenis-jenis fitrah manusia. Berikut referensi yang digunakan, selain materi dari tim matrikulasi pusat:
Berlanjut ke NHW#4, teman-teman diajak untuk me-review NHW#1-3 dan kemudian menentukan misi hidup dan peran apa yang akan dilakukan. Setelah itu menuliskan tahapan ilmu yang dipelajari beserta milestone-nya. Ada beberapa peserta yang langsung termenung, dan baru bertanya di grup WA ketika sudah pulang dari pertemuan. Cukup "berat" ya NHW#4 ini, contohnya saja Ibu Septi yang mengambil peran sebagai inspirator. Masya Allah.. Membuat saya jadi ingin kembali membuka NHW#4 saya. Sudahkan saya menjalankan apa yang ditulis?
Menjadi fasilitator sejatinya adalah belajar kembali dengan cara yang lebih "elegan". Sebagai reminder tentang apa yang pernah ditulis.. Sudahkah saya fokus dan konsisten? Yang ada adalah refleksi diri dan berusaha untuk kembali on track.
Berikut dokumentasi pertemuan ke-4:
No comments:
Post a Comment