Awal Memilih Kelas Offline
Pada saat mendaftar menjadi fasilitator matrikulasi batch 5, saya tidak berencana untuk memegang kelas offline. Merasa lebih berpengalaman di kelas online serta memikirkan jadwal matrikulasi yang rapat (per minggu) menjadi alasan mengapa saya memilih menjadi fasilitator kelas online. Saya pun termasuk pribadi yang introvert, lebih percaya diri ketika berkomunikasi lewat chatting atau istilahnya tekstovert. Bila berkomunikasi tatap muka masih sering grogi dan tidak percaya diri.
Ketika mengumumkan akan ada kelas offline ke grup foundation Tangerang Selatan, cukup banyak peminatnya (sekitar 20 orang). Lalu saya pun woro-woro di grup pengurus, apakah ada yang bersedia menjadi fasilitator kelas offline? Alhamdulillah ada yang mau, 2 orang. Jadi saya daftarkanlah 2 kelas offline Tangsel ke tim matrikulasi IIP. Tapi ternyata.. jumlah fasilitator cukup berlebih bila dibandingkan dengan jumlah pendaftar matrikulasi. Sehingga diutamakan yang mendapatkan kelas adalah yang sudah mengikuti dan lulus Training for Facilitators Batch 5.
Dua pengurus yang saya daftarkan belum mengikuti training tersebut. Teman-teman fasilitator dari Tangsel lainnya juga memilih kelas online. Kemudian saya berpikir tentang peserta matrikulasi yang memang sudah berniat untuk mengambil kelas offline. Rasanya tidak mau mengecewakan mereka, karena sayalah yang mengumumkan akan ada kelas offline. Akhirnya saya memutuskan untuk menjadi fasilitator kelas offline, meskipun pada awal meminta izin kepada suami agak sulit juga hehehe.. Alhamdulillah pada akhirnya suami pun memperbolehkan. :)
Persiapan Menjadi Fasilitator
Karena sebelumnya di Tangsel belum pernah ada kelas matrikulasi offline, saya pun belum punya gambaran bagaimana berlangsungnya suatu kelas offline. Alhamdulillah di Tangsel sudah ada kelas offline Bunsay Batch#3, dengan Mba Nani Nurhasanah sebagai fasilitatornya. Saya pun menyempatkan untuk mengobrol seputar kelas offline dengan Mba Nani dan meminta izin untuk ikut hadir pada pertemuan selanjutnya.
Alhamdulillah bisa hadir di pertemuan ke-3 kelas Bunsay Tangsel, materi "Melatih Kecerdasan Anak" di Bale 23, Serpong pada hari Minggu, 7 Januari 2018. Dari pertemuan ini saya belajar bahwa menjadi fasilitator offline banyaknya mendengar aliran rasa dari peserta. Sedangkan untuk materi, fasilitator membuat agar peserta belajar mandiri. Contohnya saat materi 3 ini, peserta dikelompokkan menjadi 4 kelompok dimana tiap kelompok akan menjelaskan macam-macam kecerdasan (IQ, EQ, SQ, dan AQ). Wah, kelas berlangsung sangat hangat dan seru, energi yang dirasakan pun berbeda dari ketika mengikuti kelas online. Terima kasih Mba Nani dan semua peserta kelas Bunsay Offline Batch#3 Tangsel, saya menjadi lebih bersemangat dan mempunyai gambaran dalam menjalankan kelas matrikulasi offline. Berikut dokumentasi keseruan kelas Bunsay Offline Tangsel:
Pembukaan Kelas
Setelah mendapatkan data-data peserta kelas offline, saya pun lanjut membuat grup dan mengundang peserta. Pada awalnya bingung juga cara ice breaking di kelas offline karena pasti peserta memilih kelas tipe ini agar tidak banyak chat yang masuk. Diawali dengan perkenalan fasilitator, observer, dan guardian. Lanjut informasi tata tertib, CoC, dan pengenalan Google Classroom. Semuanya berlangsung relatif sepi dan "alot". Apalagi ketika membicarakan jadwal pertemuan pertama, sampai beberapa hari baru bisa disepakati jadwalnya.
Bahkan ada peserta yang mengaku tidak baca grup, lebih banyak japri. Hiks.. sempat khawatir juga dengan keberlangsungan kelas offline ini. Bagaimana baiknya kelanjutannya? Setelah bertanya di grup khusus fasilitator offline akhirnya tercerahkan. Intinya jangan terlalu khawatir akan sepinya grup. Insya Allah pada saat pertemuan, suasana akan mencair dan jauh lebih akrab. Baiklah, akhirnya saya memutuskan untuk membicarakan hal-hal lain terkait pemilihan perangkat kelas dan teknis pengumpulan NHW saat pertemuan saja. Berarti di grup hanya tinggal menyepakati tempat pertemuan. Alhamdulillah salah satu peserta bersedia menjadikan rumahnya sebagai tempat pertemuan.
Persiapan Kelas Perdana
Sehari sebelumnya semua hal yang berkaitan dengan pertemuan pertama matrikulasi saya print. Mulai dari daftar hadir, tata tertib, CoC perkuliahan, jadwal materi dan kalender, teknis pengumpulan NHW, pengenalan Google Classroom, tugas perangkat kelas, dan tentunya tidak lupa materi 1 dan NHW#1. Harapannya, hal-hal yang akan dibahas saat pertemuan bisa lebih jelas dan runut. Meskipun demikian, tetap saja rasanya nervous, berdoa semoga saat pertemuan lancar dan saya bisa memfasilitasi teman-teman peserta dengan baik. Aamiin..
Kelas Perdana
E-flyer Kelas Perdana
Jeng, jeng! Tiba saatnya kelas perdana digelar. Pagi itu, sudah siap saya bersolo karir alias pergi sendiri. Tapi ternyata anak-anak dua-duanya mau ikut. Ya sudah, tidak apa. Kata suami, apabila anak-anak sudah mulai bosan atau saya kerepotan, tinggal telepon saja supaya suami menjemput. Suami tidak mau ikut karena masih mengantuk katanya hehehe..
Alhamdulillah dengan bantuan Gmaps, berhasil menemukan rumah Mba Lia dan waaah sudah ada beberapa peserta yang hadir. Karena agenda hari ini begitu padat, akhirnya pertemuan dimulai sekitar pukul 09.15 dengan perkenalan masing-masing peserta yang telah hadir. Dilanjutkan dengan informasi tata tertib dan CoC perkuliahan. Lalu pembahasan jadwal pekanan dan teknis pengumpulan NHW. Ada beberapa peserta yang memilih mengumpulkan NHW secara offline, tetapi lebih banyak yang memilih online via Google Classroom. Setelah itu saya menginformasikan tugas-tugas perangkat kelas dan berlanjut ke pemilihan ketua kelas serta koordinator mingguan. Alhamdulillah semua posisi terisi dan sekitar pukul 12.00 baru bisa beranjak ke materi. Fyuuuh...
Rehat sebentar sambil menikmati sajian tuan rumah dan potluck yang dibawa oleh para peserta, kami bersama-sama menonton video Ibu Septi tentang pembukaan matrikulasi. Setelah selesai video, baru saya menjelaskan tentang materi 1 "Adab Menuntut Ilmu" kemudian tanya jawab. Selesai tanya jawab, dilanjutkan ke NHW#1 dan tanya jawab NHW. Akhirnya kelas berakhir sekitar pukul 13.00. Alhamdulillah semua berjalan lancar..
Anak-anak pun dapat diajak bekerja sama dan sibuk bermain sendiri bersama teman-teman yang hadir. Adanya tempat bermain dan kelinci di halaman menjadi sarana bermain mereka bersama. Hanya sesekali meminta makanan, minuman, menyusui, atau pipis. Alhamdulillah peserta mengerti dengan "iklan-iklan" yang hadir hehehe.. Terima kasih Mba Lia atas tempatnya dan sajian makan siangnya. Mba Lia ini owner Ayam Bakar Irzah lho.. :9
Ternyata setelah dijalani, matrikulasi offline ini tidak seseram yang dibayangkan. Meskipun masih ada kekurangannya, yaitu suara saya yang kecil dan kurang jelas terdengar oleh 22 orang yang hadir (termasuk Mba Adit sebagai observer). Harus belajar lagi nih mengeluarkan suara yang jelas dan "bulat". Insya Allah akan terus memperbaiki dan memantaskan diri menjadi fasilitator offline.
Terima kasih tim matrikulasi IIP yang memberikan saya kesempatan untuk terus belajar. Mba Adit dan Mba Fitri sebagai fasil saya ketika di batch 3 yang menginspirasi saya untuk menjadi fasilitator dan sekarang berada bersama di kelas Tangsel offline sebagai observer dan guardian. Teman-teman matrikulasi Tangsel Offline Batch 5 atas antusiasmenya mengikuti kelas. Semoga kita terus bersemangat sampai akhir dan lulus bersama. Aamiin..
Berikut dokumentasi kelas perdana matrikulasi Tangsel Offline Batch 5: