Wednesday, December 6, 2017

Tantangan TfFMB5: Mengapa Saya Harus Menjadi Fasilitator?

Wow, menjadi fasilitator matrikulasi di batch 5 ini lebih banyak tantangannya bila dibandingkan saat batch 4 yang lalu. Nara sumber materi berasal dari peserta, notulensi tidak hanya bergantung pada satu sekretaris, adanya evaluasi tiap materi, dan kali ini menuliskan tentang mengapa harus menjadi fasilitator. Keren banget!

Sebenarnya apa itu fasilitator? Orang yang memfasilitasi satu orang atau beberapa orang dalam kelas untuk belajar bersama. Apa fungsi fasilitasi? Setiap orang yang ada di dalam kelas belajar secara mandiri, menemukan tantangan, dan solusinya sendiri. Fasilitator ada hanya untuk mendampingi proses belajar mandiri tersebut, bahkan tidak jarang ikut belajar dan menemukan hal baru. Belajar saat matrikulasi ini bukanlah ada seorang guru sendirian di depan kelas lalu yang lain hanya mendengar dan mencatat. Peserta dan fasilitator berdiskusi bersama, bahkan fasilitator banyak mendengar dan memberikan ruang kepada peserta untuk berkembang sendiri. Setiap pertanyaan yang muncul, tidak semua langsung dijawab oleh fasilitator, melainkan melalui proses bertanya kepada si penanya kembali. Karena sejatinya demikianlah proses belajar orang dewasa, atau sekarang menjadi familiar dengan istilah heutagogi setelah mengikuti TfFMB5 ini.

Melihat kesiapan diri di matrikulasi kali ini, alhamdulillah merasa lebih siap. Karena dengan metode evaluasi setiap materi, menjadi seperti ada kewajiban untuk membaca materi, menyimak diskusi chat, atau paling tidak membaca resume jika tertinggal materi. Selain itu, pengalaman saat batch 4 lalu juga menjadikan diri ini lebih mengetahui tantangan apa saja yang kira-kira ditemui selama menjadi fasilitator, meskipun tetap ada kemungkinan di matrikulasi yang baru akan menemukan tantangan baru. Mengikuti kelas matrikulasi koordinator tambahan juga menguatkan basis fasilitator sebagai bagian dari komunitas. Jadi lebih mengetahui langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk menyikapi setiap tantangan yang hadir, baik sebagai fasilitator maupun pengurus. Salut untuk tim matrikulasi batch 5, terutama mba Yani dan mba Vita :)

Menurut saya, fasilitator adalah posisi yang sangat penting dalam komunitas IIP. Apalagi fasilitator matrikulasi. Karena fasilitator matrikulasi-lah garda terdepan dalam kaderisasi member IIP, dimana para pendaftar baru akan belajar dan mendapatkan pengalaman yang "wow" selama mengikuti matrikulasi. Pada saat saya mengikuti matrikulasi batch 3 pun, perasaan hormat saya kepada Mba Adit dan Mba Fitri sebagai fasil saya waktu itu pun masih saya pelihara sampai sekarang. Karena dari mereka, saya menjadi tahu lebih dalam tentang IIP dan yang terpenting memfasilitasi saya dalam menemukan diri sendiri, menjadi wanita, istri, dan ibu yang lebih baik. Dapat me-manage waktu dengan baik dan bermanfaat bagi sesama. Setelah selesai menjadi fasilitator Sumatera Utara di matrikulasi batch 4 kemarin dan kemudian berada satu grup di TfFMB5 dengan mba Novita (peserta yang saya fasili), ada kebanggaan tersendiri bahwa alhamdulillah ada penerus yang menjadi fasilitator di Sumut dan berasal dari wilayah sendiri, yang kala itu memang tidak ada sama sekali sehingga harus import dari Tangsel hehe.. Demikianlah pandangan saya tentang pentingnya seorang fasil :)

Lalu rencana dan strategi apa yang akan saya lakukan dalam memfasilitasi kelas? Tidak jauh berbeda dengan matrikulasi batch 4 lalu. Hadir sepenuhnya pada kesepakatan jam online, disiplin, dan tepat waktu. Mengetahui kapan saat serius belajar dan diskusi, tapi tidak melupakan kehangatan dalam berkomunikasi dengan para peserta. Mengobrol, bercanda, melakukan pendekatan pribadi (japri) adalah hal yang wajar dilakukan fasil dalam kelas selama pada waktu yang sesuai. Berusaha tertib administrasi, dicicil tiap minggunya agar tidak menumpuk di akhir matrikulasi. Mengikuti arahan yang ada di grup fasil. Peduli kepada peserta, leader matrikulasi, dan fasil-fasil lainnya.

Meskipun demikian, tetap ada kekhawatiran menjadi fasilitator yaitu manajemen emosi, supaya tidak mudah baper. Manajemen waktu, dalam hal ini manajemen gadget, karena sudah mendapat beberapa kali teguran dari suami (lampu kuning ini). Semoga di kelas matriks batch 5 nanti, dapat mengelola emosi dengan lebih baik lagi (ada rem bapernya) dan dapat memaksimalkan waktu online, apalagi dengan rentetan tugas lain di kepengurusan kota. Tetapi dibalik kekhawatiran itu semua, saya sendirilah yang memilih untuk mau menjadi fasil dan pengurus. Jadi hal ini saya jadikan tantangan agar tetap mengurus keluarga dengan baik (bersungguh-sungguh di dalam) dan bermanfaat bagi komunitas (keluar dengan kesungguhan itu). Sebagai sarana pay it forward setelah saya merasakan banyaknya manfaat yang saya dapat setelah mengikuti matrikulasi dan menjadi bagian dari IIP.

Proses adaptasi di kelas TfFMB5 alhamdulillah berjalan lancar. Sedikit demi sedikit mengenal lebih dekat lagi teman-teman baru yang akan menjadi keluarga selama kurang lebih 4 bulan ke depan. Meskipun saya termasuk orang yang tidak terlalu sering menyapa dan mengeluarkan emoticon yang lucu-lucu, tetapi saat saya sedang fokus pada grup TfFMB5, saya selalu berusaha mengikuti diskusi yang ada, mengikuti materi, dan bertanya. Terkadang malah kebanyakan nanya dan komen di jam-jam aneh alias jam malam hehehe.. Alhamdulillah juga bisa berkontribusi sebagai notulis di materi Framework HE meskipun saat membuat notulensinya bingung juga karena diskusi yng hangat, meriah, dan ramai. Akhirnya dibuat yang sederhana dan inti-intinya (terlalu simpel malah, maafkaaan), agar yang membaca dapat mengambil intinya dan tidak terkena tsunami materi hehehe..

Sekian essay ini saya buat, semoga tepat dalam menjelaskan poin-poin yang diminta. Aamiin :)

No comments:

Post a Comment