Saturday, December 23, 2017

Baper (Bawa Perasaan, Carrying Feelings)

Baper atau bawa-bawa perasaan, sebuah istilah kekinian lainnya yang sering terlihat di sosial media, dan sering dirasakan oleh kalangan ibu-ibu. Ada yang posting makanan, dibilangnya untuk apa, kan ga bagi-bagi. Posting jalan-jalan, dibilangnya pamer. Posting kebaikan suami, dibilangnya hati-hati nanti ada perempuan yang minta dipoligami lho, Bun. Posting tentang anak, kasihan yang belum punya buah hati, Mba. Dan sederet comment-comment lainnya. Susah ya, terus bolehnya posting apa dong? Hehe..

Itulah sulitnya jadi ibu zaman sekarang ya.. sudah terlanjur terbiasa mem-posting segala hal di sosial media (eh saya aja kali yaa..), maka harus siap juga di-comment apa pun oleh pembaca sosmed kita. Awalnya memang ada masa-masa dimana setiap kegiatan langsung di-posting di sosmed lalu lama-lama berpikir untuk apa dan siapa sih? Haruskah semua hal difoto dan di-upload? Lalu muncul rasa tidak ingin posting-posting lagi karena merasa bosan. Tetapi sekarang, lebih memilih mana yang bisa di-posting, mana yang tidak perlu. Apa yang sekarang sering di-posting? Hal-hal yang sekiranya dapat menginspirasi kebaikan terhadap pembacanya. Jadi bila ada yang comment baper pun, perasaan yang dibawa adalah perasaan positif :)

Selain di sosmed seperti di FB dan IG, baper juga dapat tercipta ketika chatting via WA. Apalagi ikut komunitas dan berbagai macam grup yang bersentuhan dengan orang banyak. Ada kalanya ketika menulis sesuatu di grup, ada kekhawatiran bila tidak ada yang membalas, atau balasannya seperti kalimat yang tidak menyukai tulisan kita ataupun tidak setuju dengan pendapat yang kita sampaikan. Ada masa di awal-awal ikut komunitas dan banyak grup, berpikir seperti ini: 'Kenapa sih dia begitu? Kenapa balasannya seperti itu? Kenapa ga begini saja... ". Lama-lama capek juga ya berpikir seperti itu. Stop controlling what we can't control. Berhentilah mengendalikan hal yang tidak bisa dikendalikan. Orang lain mau menulis, membalas, merespon, atau berbicara apapun bukanlah sesuatu yang bisa kita kendalikan bukan? Yang bisa kita kendalikan adalah respon diri kita sendiri terhadap suatu hal, seperti bagaimana kita menghadapi pembicaraan orang lain, apakah dibalas atau tidak dibalas, dibalas dengan emosi atau dengan komunikasi produktif. The choice is yours..

Akhirnya setelah belajar dari pengalaman berkomunikasi via WA: ada hal yang penting untuk ditanggapi dengan serius, ada hal yang bisa ditanggapi dengan candaan, ada juga hal yang tidak perlu ditanggapi. Kebijaksanaan juga berarti dapat menempatkan diri, mana yang perlu dibalas ataupun tidak. Ada juga yang sesuai dengan prinsip silence is gold, tapi ada juga yang apabila kita diam malah menambah runyam suasana. Kedewasaan dalam berkomunikasi lah, serta etika komunikasi yang perlu terlus dilatih agar tidak menimbulkan kebaperan dalam diri. Hihihi.. Yuk ah dilatih lagi komunikasi produktifnya, dan tentunya berpikir positif atas tulisan seseorang. Memang sulit, saya pun masih belajar. Menuliskan ini bukan berarti saya sudah tidak baper, tetapi justru mengingatkan diri sendiri agar tidak mudah baper hehehe.. Semangat, Bundas :*

No comments:

Post a Comment