Hari ketujuh yang melakukan presentasi adalah Kelompok 7, terdiri dari Mba Marisa Andi Bumbung, Mba Brillian Akmalia Maharani, Mba Yunita Daniati, dan Mba Irma Rachmawati. Mba Irma sebagai host, Mba Yunita sebagai pemateri, Mba Marisa yang menjawab pertanyaan, dan Mba Brillian penulis kesimpulan.
Presentasinya dilakukan kemarin hari Rabu, 23 Mei 2018, pukul 13.00. Tetapi saya baru bisa khusyuk membaca besok siangnya.
Berikut presentasi Kelompok 7 dengan tema:
Peran Vital Ayah dalam Pengasuhan Berbasis Fitrah Seksual Anak
Disini adakah yang merasa Ayah si anak-anak kurang ikut serta dalam membangkitkan fitrah seksual anak?
Yuk, kita gandeng paksu untuk sama-sama membangkitkan fitrah seksual anak.
Materi
Sesi tanya jawab
1. Nareswari Putri Sulisvianthi
Bagaimana memperbaiki fitrah seksual yang saat kecil sudah berantakan, di saat kitanya sudah besar?
Jawab: (Mba Marisa)
Berikut yang bisa dilakukan:
1. Memohon ampun kepada Allah dan meminta petunjuk diberikan jalan keluar dari setiap masalah.
2. Melakukan healing pada diri sendiri, dengan konsultasi pada ahli agama/tenaga profesional.
3. Memaafkan orang tua jika itu ada andil kesalahan orang tua.
4. Memperbaiki apa yang salah sejak sekarang dan memotivasi diri sendiri untuk tidak mengulang kesalahan pada anak.
2. Yesi Agustina
Apa yang membuat kelompok 7 lebih mengangkat peran ayah daripada peran ibu untuk tema materi kali ini?
Jawab: (Mba Marisa)
Kenapa memilih tema ayah, berikut alasannya:
Saat ini fenomena yang terlihat secara umum adalah:
1. Ayah jarang membersamai anak padahal dia adalah pemimpin yang kelak diminta pertanggung jawaban oleh Allah. Dan kami ingin para Ayah sadar akan hal itu. Makanya, dengan tema ini, minimal kami bisa mencolek paksu untuk lebih aware.
2. Anak kehilangan sosok ayah. Hanya terlihat di hari libur, dan juga masih sibuk dengan gawainya. Betapa anak merindukan sapaan, teguran, bahkan ngobrol dan bercanda dengan ayahnya.
3. Rendahnya partisipasi ayah dalam belajar parenting. Bila ada seminar atau workshop, peserta ayah bisa dihitung jari. Padahal pengasuhan anak itu tugas ayah dan ibu.
3. Dwi Yunita Indah Sari
Bagaimana memaksimalkan peran ayah dalam mendidik anak di era modern saat ini. Misalnya untuk ayah yang bekerja menjadi pelaut, yang hanya bisa pulang ke rumah beberapa bulan sekali & berkomunikasi lewat telepon pun sulit karena kerjanya di tengah laut (misalnya).
Jawab: (Mba Marisa)
Beberapa alternatif solusi:
1. Mencarikan sosok lain sebagai sosok pengganti. misal om, kakek, atau ustadz. Sehingga anak tidak kehilangan figur ayah.
2. Memaksimalkan waktu yang ada selagi bertemu dengan anak. Dengan menyusun kegiatan yang berhubungan yang membangkitkan fitrah seksual anak.
3. Jika ayah tidak dapat menelpon karena sibuk/kendala komunikasi, maka memintanya untuk tidak melupakan anak-anaknya dalam doa. Daan yang pasti.. doa yang datangnya dari hati.. akan sampai ke hati juga.
4. Peran ibu di sini penting. Untuk selalu mengingatkan, bahwa sosok ayah tetap ada. Dan tidak lupa mendoakannya kembali dari ibu dan anak-anak untuk ayah.
4. Tia Martiana Navratilova
Bolehkah ayah memandikan anak perempuannya?
Jika boleh, sampai putrinya umur berapa?
Jika tidak boleh tolong beri alasan atau pendapat.
Jawab: (Mba Marisa)
Kalau menukil dari artikel yang mengambil pendapat syekh Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz,
Bahwa selama anak tersebut di bawah tujuh tahun, maka tidak ada aurat yang terlarang dilihat baginya, baik itu anak laki-laki maupun anak perempuan. Tidak mengapa memandikan atau membantu mereka ketika mandi. Semuanya tidaklah mengapa. Adapun jika anak tersebut sudah di atas tujuh tahun, maka jangan lakukan. Tutuplah aurat mereka dan jangan aurat mereka disentuh kecuali bila ada hajat. Kalau ada hajat, maka tidak mengapa jika ibu atau pembantunya memandikan mereka ketika anak tersebut belum bisa mandiri untuk mandi.
Dan ini artikel yang lainnya.
Saat Anak Punya Kebiasaan Mandi Bersama Orang Tua, Kapan Harus Dihentikan?
5. Erna Leri
Bagaimana membuat hubungan ayah dan anak perempuan lebih dekat, sedangkan ayah tipe kaku dan enggan bermain dengan anak?
Jawab: (Mba Marisa)
Ini jadi bahan diskusi kami juga di kelompok 7
Coba ini Mbak:
1. Sebenarnya kuncinya ada pada diri ayah. Merubah dirinya untuk menjadi ayah yang menyenangkan bagi anak, menjadi teman, bahkan sahabat terbaik anak. Ingin seperti apakah ayah dikenang oleh anaknya. Maka berubahlah.
2. Pada anak usia balita, bisa beraktifitas bareng, bercerita atau mendongeng. 10 menit juga sudah cukup.
3. Pada anak usia 7 tahun ke atas, bisa membuat 1 hari khusus anak. Misal hari Abang Ian. Ajak anak nonton, makan bareng, ke bengkel, dll. Lakukan aktivitas yang mana baik ayah dan anak bisa menikmati bersama.
4. Ayah lebih sering berinteraksi dengan anak, maka ayah akan lebih mengenal anak. Sehingga akan jadi sahabat yang menyenangkan.
Tambahan: (Mba Ayu)
5. Biasanya suami/ayah enggan ikut terlibat pengasuhan anak/rumah tangga karena mungkin kebanyakan dari kita (istri) lebih ingin berbagi "beban" daripada berbagi "kebahagiaan" dlm pengasuhan anak 😊
Coba deh, kita perlihatkan kepada suami bahwa mengasuh/mendidik anak itu adalah hal yang membahagiakan & menyenangkan. Biasanya suami tertarik ingin terlibat di dalamnya 😊
6. Yani Indriati
Bagaimana merubah paradigma Ayah yang sudah mendarah daging dan terpapar sejak kecil bahwa Ayah cari nafkah, ibu urus anak?
Jawab: (Mba Marisa)
Itu sudah seperti kaidah umum ya mbak.
Sebaiknya dimulai dari kita sebagai istri. Istri membantu suami untuk menjadi ayah yang lebih percaya diri dalam mengemban amanahnya. Tumbuhkan morivasinya untuk terlibat dalam pengasuhan. Dengan kalimat yang santun dan tidak menyalahkan serta menuntut.
Kirimi suami video-video tentang aktivitas anak sehari-hari, sehingga tumbuhlah kerinduannya dan keinginannya untuk ikut membersamai anak.
Memang tugas mencari nafkah adalah tugas utama/ladang jihad ayah. Namun memelihara istri dan keluarga dari api neraka juga tugas utama seorang ayah. Itu dalilnya jelas. Tercantum dalam alqur’an. Hehehe, maaf jadi keluar dalil.
Bila semua itu belum berhasil, mari kita doakan pasangan kita dalam shalat sujud kita, agar beliau berubah. Allah adalah sebaik-baik tempat meminta.
Semangat ya untuk kita semua.
7. Yopi Tessa Agustina
Karena hubungan ayah yang LDR.
Ketika ayah jauh, bunda sudah menerapkan aturan. Tapi ketika ayah di rumah, aturan berubah, itu yang membuat anak-anak kadang seperti berontak.
Itu bagaimana menyikapinya?
Jawab: (Mba Marisa)
LDR itu memang sesuatu ya.
Jangankan yang LDR, yang tidak saja sering terjadi pelanggaran aturan (ini mah saya).
Kita lanjut ya. Bila LDR, maka:
1. Perlunya membuat visi misi keluarga, sehingga suami istri paham dan menjadikan visi misi itu sebagai guidance. Plus tujuan pengasuhan.
2. Perlunya sosialisasi untuk setiap peraturan yang diterapkan dalam keluarga. Update kepada suami bila ada perubahan.
3. Perlunya konsistensi dalam menerakan aturan. Karena aturan itu untuk disepakati dan dijalankan bukan untuk dilanggar.
4. Bila terjadi pelanggaran, orang tua memberikan konsekuensi yang telah disepakati. Sehingga anak paham, bila melanggar aturan akan ditindak.
Kesimpulan
Sesibuk apapun seorang ayah dalam mencari nafkah, ia tetap wajib untuk memberikan waktu bagi anak-anaknya.
Saat seorang ayah bisa meluangkan waktu yang lebih untuk mendidik anaknya, ayah bisa melihat dan berperan aktif dalam menumbuhkan fitrah seksualitas anak secara signifikan.
Jika seorang ayah mampu mendidik anaknya dengan baik,InsyaAllah anak akan menjadi lebih hebat dari ayahnya.
Tugas seorang ayah sangat berat. Mari para bunda, bantu ayah lebih percaya diri mengemban amanahnya.Selalu berdoa memohon pertolongan Allah subhanahu wata'ala agar dimampukan mendidik anak dengan baik.
Tanggapan dan kesimpulan dari saya
Memang peran ayah sangatlah vital dalam pengasuhan anak. Alhamdulillah suami sangat ikut andil dalam pengasuhan anak-anak kami. Malah lebih penyayang dan sabar daripada saya sendiri. Jadi PR-nya banyak di saya yaa hehehe.. Semangat ah ayah bunda semua. :)
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#LearningByTeaching
#FitrahSeksualitas
No comments:
Post a Comment