Setiap istri atau ibu adalah ibu rumah tangga, yang tugasnya adalah taat kepada suami, menjaga harta suami/rumah, menjaga kehormatan diri, dan bersama suami menjaga amanah, yaitu anak-anak. Selain tugas-tugas tersebut, seorang istri/ibu memiliki waktu yang biasanya digunakan untuk bekerja, berorganisasi, berdakwah, berbisnis, dan sebagainya.
Menurut data BPS, pada tahun 2017 terdapat 38,63% wanita yang bekerja sebagai tenaga kerja formal. Angka ini menunjukkan peningkatan dari 2 tahun sebelumnya, yaitu 37,78% di tahun 2015 dan 38,16% di tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa ada banyak wanita yang memutuskan untuk mengambil peran di luar rumah.
Wanita diperbolehkan keluar rumah, tapi tugas utamanya di rumah. Contoh wanita bekerja di zaman Rasulullah adalah:
1. Siti Khadijah, seorang pebisnis terhebat di zamannya.
2. Aisyah RA, seorang edukator, pendidik umat di bidang ilmu fiqih, pengobatan, dan syair.
3. Ummu Salamah, seorang tabib dan advokat, serta pendamping Rasulullah SAW dalam peperangan Fath, Thaif, dll.
Sebenarnya apa tugas/amanah manusia yang utama? Jawabannya adalah beribadah, sesuai Al-Quran surat Adz-Zariyat ayat 56: "Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku".
Menjadi wanita yang aktif tidaklah salah, asalkan tuntas amanah utama, menjadi ibu yang bahagia, dan berimbang dalam menjalani setiap peran. Jika tidak tuntas amanah, tidak bahagia, dan tidak berimbang, seorang ibu dikhawatirkan stres dan dapat berdampak melakukan kekerasan (baik kekerasan fisik maupun emosional), yang biasanya dilakukan kepada anak.
Lalu bagaimana caranya agar menjadi wanita, istri, dan ibu yang tuntas amanah?
1. Akidah kokoh: menyertakan Allah dalam setiap aktivitas keseharian. Me-refresh niat setiap harinya. Selalu berdoa, bersyukur, sabar, dan ikhlas hanya mengharapkan rida Allah SWT. Tidak mengeluh dan tidak perhitungan karena Allah-lah yang memperhitungkan amal kita setiap harinya sebagai ibu.
2. Ilmu yang mumpuni: tidak pernah berhenti belajar untuk menjadi ibu yang baik, mengetahui prioritas di rumah, dan belajar bagaimana cara mendidik anak. Berikut adalah tahapan usia mendidik anak ala Rasulullah SAW:
- 0-6 tahun: fase pelekatan/bonding
- 7-14 tahun: fase pendisiplinan dengan kasih sayang
- >15 tahun: fase kepercayaan
3. Visioner: melihat ke depan, merencanakan masa depan sesuai tujuan (misi dan visi) keluarga. Misalnya mengenai pendidikan anak, rumah, ekonomi, tabungan, wisata, dan sebagainya.
4. Solutif: pandai mengelola emosi. Mengetahui bahwa pemicu amarah adalah setan. Upayakan kondisi hati selalu dekat kepada Allah dengan cara beribadah seperti salat, puasa, zikir, tilawah. Bila marah dapat membaca taawudz, diam sejenak, mengubah posisi menjadi lebih rendah (berdiri ke duduk, duduk ke rebahan), beristighfar, berwudhu, mandi, atau salat.
5. Manajemen waktu: coret kegiatan yang tidak perlu, pahami bahwa Allah akan meminta pertanggungjawaban atas waktu kita selama di dunia. Konsep manajemen waktu:
- Lakukan terserah asalkan kegiatan bermanfaat dan Allah rida
- Atur prioritas (mendesak-tidak mendesak, penting-tidak penting)
- Catat prioritas dan lakukan
- Jadikan life style
- Gunakan tools seperti agenda, alarm, aplikasi
6. Berimbang: alokasikan waktu untuk me time seperti olahraga atau mengerjakan yang disukai. Yang perlu digarisbawahi adalah durasi me time-nya tertakar.
Insya Allah, jika melakukan keenam hal di atas dengan sungguh-sungguh, kita dapat berproses menjadi istri dan ibu yang tuntas amanah dan bahagia. Aamiin :)
Sumber:
1. Materi presentasi & talkshow TransforMOM oleh Ummu Balqis di Wisuda Batch 6 Ibu Profesional Jakarta, 20 Januari 2019 di Kampus Bisnis Umar Usman
2. Resume Talkshow TransforMOM oleh Panitia WOKE 2019
No comments:
Post a Comment