Pertemuan Review 10 & Materi 11
Minggu, 4 Agustus 2019 pukul 09.00-12.00 di rumah Mba Putri di daerah Reni Jaya.
Agendanya adalah review materi 10 terlebih dahulu.
Berikut adalah anekdot yang muncul:
1. Nia Hartania Rahayu
Menceritakan kisah pada zaman Rasulullah SAW tentang seseorang yang wafat dan wajahnya berubah menjadi babi karena semasa hidupnya tidak shalat. Kisah ini memberi pesan pada anak agar lebih rajin shalat wajibnya.
2. Iragita Novianti
Menggunakan kejadian sehari-hari dalam mendongeng. Misal anak tidak mau makan sayur, maka ceritakan dongeng tentang tokoh yang tidak mau makan sayur dimana pada akhirnya mau makan sayur.
Kemudian dilanjutkan dengan materi 11, dimana setiap peer group mempresentasikan topik yang dipilihnya mengenai Fitrah Seksualitas. Ada 4 peer group, maka ada 4 presentasi.
Peer Group 1 tentang Pemahaman Perbedaan Gender, berikut link materinya di sini.
Peer Group 2 tentang Peran Ayah dalam Pendidikan Anak, berikut link materinya di sini.
Peer Group 3 tentang Pendidikan Fitrah Seksualitas Sejak Dini, berikut link materinya di sini.
Peer Group 4 tentang Peran Orang Tua dalam Mendidik Fitrah Seksualitas, berikut link materinya di sini.
Setelah presentasi, dilakukan diskusi sebagai berikut:
Nama: Nika Yunitri
Pertanyaan: Mengapa tidak dianjurkan menyusui pumping dan sambal bermain gadget?
Jawaban: Menyusui langsung membuat bonding kelekatan antara ibu dan anak lebih dekat. Dengan melihat kontak mata langsung kita bias mendoakannya juga mengajaknya bicara yang juga merupakan salah satu menstimulasi bayi untuk berkomunikasi.
Stimulasi kepada bayi dilakukan dengan mengajaknya berbicara, menyentuh, atau mengajak senyum. Hal-hal seperti itu dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi atau bonding. Fokus kepada bayi juga akan membuat ibu dan bayi nyaman dalam proses menyusui.
Pertanyaan: Bagaimana jika orang tua menjalani kehidupan LDM (Long Distance Marriage)?
Jawaban: didekatkan dengan sosok pengganti seperti pamannya atau kakeknya, dan dengan adanya teknologi memanfaatkan fasilitas video call untuk tetap memantau perkembangan anak.
Nama: Lusiana
Pertanyaan: Bagaimana menyikapi anak laki-laki yang sedang mengalamin fase falik
Jawaban: Tahap falik adalah tahap dimana kenikmatan berfokus pada alat kelamin. Di masa ini anak laki-laki akan memainkan alat kelamin dan menikmati sensasinya. Fase falik ini sangat wajar dan normal, fase falic ini terjadi pada anak di usia 3-5 tahun. Pada fase ini, anak juga sudah mulai memperhatikan adanya perbedaan antara alat kelamin perempuan dan laki laki. Pada fase falik ini juga anak mulai memperhatikan orangtua yang berbeda kelamin dengannya. Yang harus dilakukan orangtua adalah mendampinginya dan memberitahu batasan aurat untuk laki-laki dan perempuan. Juga memberitahu hanya dia yang boleh memegang auratnya sendiri. Di fase ini sebaiknya anak mulai mandi sendiri dan tidak mandi bersama orangtua atau saudaranya.
Pertanyaan: Bagaimana mengantisipasi anak-anak yang belajar di pesantren yang terpisah antara laki-laki dan perempuan juga jauh dari pantauan orangtua? Berdasarkan pengalam pribadi ada teman yang melakukan hubungan sesama pria (gay).
Jawaban: Pada dasarnya usia anak pra dewasa adalah 15 tahun, tugas kita sebagai orangtua mendidik anak sehingga dapat dilepas untuk mandiri mulai usia 15 tahun. Tapi jika menyekolahkan anak ke pesantren dibawah usia 15th maka yang harus dilakukan adalah membekalinya dengan dasar agama yang kuat dan mencari sekolah yang mempunyai kesamaan visi dan misi, serta jangan lupa untuk terus mendoakan anak kita agar selalu dilindungi.
Nama: Aisyah
Pertanyaan: Ciri-ciri anak baligh, perempuan dan laki-laki, lalu bagaimana cara menyampaikannya agar mereka siap?
Jawaban: Akil adalah kedewasaan anak secara akal, dan baligh adalah kedewasaan secara fisik.
Nama: Asrie
Pertanyaan: Bagaimana jika anak melihat orangtua ganti baju dan menanyakan pertananyaan mengenai organ tubuh lawan jenisnya (misal anak laki-laki melihat payudara ibunya).
Jawaban: Seperti pada fase falik karena anak mulai memperhatikan tubuhnya dan serta mulai tahu batasan aurat sebaiknya orangtua menghindari untuk berganti baju di depan anaknya. Jika lemari ada di ruang tidur anak maka sebaiknya berganti baju di kamar mandi.
Dokumentasi pertemuan: