Sebuah lembaran baru, pertama kalinya, bertemu founder dari komunitas yang telah saya ikuti sejak Januari tahun lalu ini. Yup, Ibu Septi Peni Wulandani, alhamdulillah akhirnya saya berkesempatan bertatap muka langsung, berjabat tangan langsung, dan mendengarkan ilmu dari beliau langsung di acara Milad Ibu Profesional Jakarta yang ke-6, 21 Januari lalu.
Acara dimulai dengan pemutaran video pembuka yang berisi tentang keamanan dan keselamatan, yaitu tentang denah lokasi, assembly point saat keadaan darurat, informasi P3K, dilarang merokok, dan membuang sampah sesuai tempat yang disediakan. Ada juga penjelasan tentang Changemaker Family Card yang menjadi salah satu isi dari goodie bag yang didapatkan peserta. Kartu ini berkaitan dengan tema milad ke-6 Ibu Profesional Jakarta, yaitu Changemaker Family.
Changemaker Family Card, untuk menuliskan project family
Selanjutnya, setelah video pembuka, MC membuka acara dengan hebohnya. Siapakah MC-nya? Jeng jeng tak lain dan tak bukan yang telah tersohor di komunitas saya yang lain (itbmotherhood), yaitu Thya Maknyes! Ternyata doi ibu profesional Jakarta siiis!
Numpang nampang sama MC
Dan yang ditunggu-tunggu pun telah hadir, siapa lagi bila bukan Ibu Septi dan Pak Dodik yeayyy! Saya sengaja duduk paling depan agar dapat dekat dengan beliau-beliau ini. Dan supaya bisa foto juga tentunya hehehe..
Bersama Bapak dan Ibu (foto saat coffee break)
Setelah itu, ada pemutaran video lagi, kali ini video dari sie acara tentang "menjadi ibu". Cukup lucu dan mengundang tawa juga videonya karena menghadirkan antara "ekspektasi" dan "kenyataan" menjadi seorang ibu, juga antara "before" dan "after" menjadi seorang ibu, dimana semua yang telah menjadi ibu pasti bisa relate.
Dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia, yaitu mba Fita dan sambutan leader IP Jakarta, yaitu Uni Eci. Kemudian dikembalikan ke MC. MC pun menyebutkan terima kasih kepada tim Kids Corner (KC) yang menjadi panitia acara tetapi tidak dapat menghadiri sesi acara di panggung. Oleh karena itu, ada salah satu panitia yang menyiarkan live di Instagram @ibuprofesionaljakarta agar tim KC dan yang lainnya dapat menyaksikan kemeriahan acara ini.
Berlanjut ke video perjalanan IIP dan Ibu Profesional Jakarta, dirangkai dengan penyematan pin kepada empat Changemaker Family, yaitu Mba Mumun, Teh Erna, Mba Annisa, dan mba Efi, dan diakhiri dengan foto bersama pengurus Ibu Profesional Jakarta sebelum dilangsungkan coffee break.
Saat coffee break, peserta sudah bersiap-siap dengan wadahnya masing-masing dan membawa minum masing-masing pula. Wah saya tertinggal info ini, jadi ketika coffee break saya hanya berhasil membawa 2 buah kue dengan menggunakan tissue. Yang menarik dari coffee break ini, makanannya beraneka ragam, sepertinya donasi dari member IP Jakarta. Mulai dari bolu pisang, keripik, puding, sampai donat JCo semua ada :9
Setelah break, acara dilanjutkan dengan pemutaran video rumah belajar (rumbel) dan divisi Sejuta Cinta (SC) beserta hadirnya perwakilan tiap rumbel dan divisi di atas panggung. Ada 4 rumbel di IP Jakarta, yaitu rumbel boga, menulis, menjahit, dan berkebun. Setiap rumbel dan divisi SC juga mengisi stand yang ada di acara ini.
Rumbel boga, menjual aneka makanan hasil buatan sendiri
Rumbel berkebun, sudah bisa menghasilkan benih dan bibit sendiri serta ada praktik composting
Rumbel menjahit, bisa eksplor mesin jahit dan mencoba tutorial kit langsung
Hasil rumbel menjahit (sew & craft)
Hasil rumbel menjahit (sew & craft)
Hasil rumbel menjahit (sew & craft)
Mampir di stand Sejuta Cinta: divisi sosial IP Jakarta dengan success story membina warga kurang mampu untuk dapat menjahit dan produktif
Pouch hasil produksi binaan divisi Sejuta Cinta Ibu Profesional Jakarta
Untuk rumbel menulis tidak terfoto hiks.. karena saat mengunjunginya, stand-nya sudah mau dibereskan. Saat di panggung dijelaskan ada penjualan buku antologi hasil karya rumbel menulis IP Jakarta berjudul "Pulang" di stand-nya.
Setelah perkenalan rumbel dan divisi Sejuta Cinta, dilanjutkan dengan sesi sharing dari keempat Changemaker Family. Yang pertama tampil adalah Mba Mumun (Siti Munawaroh), pendiri sanggar belajar "Hasanah Center" Jakarta yang mengajarkan berbagai macam keterampilan untuk kaum ibu dan perempuan. Mba Mumun ini meskipun sudah berumur lebih dari 40 tahun, semangatnya masih sangat tinggi. Dibuktikan juga dengan aktif di divisi Sejuta Cinta IP Jakarta.
Yang kedua teh Erna Listia. Teh Erna adalah senior saya ternyataaa, sudah kenal lebih dulu di komunitas itbmh. Beliau bersama suami adalah owner Resto Bebek Dower yang dijadikan tempat acara milad ini. Awalnya teh Erna adalah seorang ibu yang bekerja di ranah publik yang kemudian saat kehamilan kedua mulai berpikir bagaimana caranya mengatur waktu untuk pumping di tengah kesibukan pekerjaan yang mengharuskan dirinya untuk mobile baik ke luar kota ataupun ke luar negeri. Oleh karena itu, teh Erna memberanikan diri untuk resign dari pekerjaannya dan merintis usaha sendiri. Tahun 2011 dimulai dengan 1 cabang, 17 karyawan, dan 20 ekor bebek per hari, di 2017 telah menjadi 18 cabang, 300 lebih karyawan, dan 2000 ekor bebek per hari.
Yang ketiga adalah mba Annisa Miranty Gumay, seorang ibu tunggal dari 4 anak. Suaminya telah berpulang mendahului ke Rahmatullah, dimana seminggu kemudian Mba Annisa baru mengetahui sedang hamil anak ke-empat. Tapi beliau tetap tegar menjalani kehidupan bersama 4 anaknya. Beliau adalah seorang guru ekonomi di SMAN 71 Jakarta, ketua rumbel Sew & Craft IP Jakarta, penggagas proyek RaQueeFa Bookhouse dan Komik Keluarga.
Yang keempat adalah mba Efi Femiliyah. Mba Efi mengadakan project keluarga dengan putrinya, Bellva, sebagai Project Manager. Project-nya adalah Jumat Berbagi, dimana Mba Efi sekeluarga menyiapkan makanan yang akan dibagikan kepada jamaah selepas sholat Jumat. Selain itu, mba Efi juga mengagas Taman Baca Warga 67 di wilayah tempat tinggalnya. Setelah sharing session selesai, ada pemberian hadiah kepada para Changemaker Family.
Tiba saatnya puncak acara, yaitu talkshow bersama Ibu Septi dan Pak Dodik. Diawali dengan Pak Dodik yang naik ke atas panggung, mencari tissue untuk Bu Septi yang sedang menangis haru setelah mendengarkan sharing session dari 4 Changemaker. Kemudian Bu Septi naik ke atas panggung sambil bercerita tentang mengapa beliau merasa terharu.
Beliau flashback ke 6 tahun lalu, dimana saat itu beliau merintis komunitas Ibu Profesional. Beliau yang kala itu adalah seorang ibu rumah tangga berjuang agar profesi ibu rumah tangga tidak dipandang sebelah mata. Banyak ibu rumah tangga kala itu merasa rendah diri dan tidak berharga. Kini, para ibu rumah tangga atau yang sekarang disebut ibu yang bekerja di ranah domestik dapat bangga terhadap dirinya sendiri serta bermanfaat bagi lingkungan. Ibu Septi yang tidak memiliki kakak atau adik perempuan biologis, kini memiliki 18.000 saudara perempuan di seantero nusantara, pun di luar negeri.
Ibu Septi pun kali ini tidak menyiapkan slide presentasi ataupun kertas plano. Beliau spesial membahas dan mengupas keempat Changemaker yang sebelumnya telah hadir. Ibu Septi mengatakan bahwa dari seorang ibulah, peradaban dimulai. Dapat dengan mudah kita sebutkan, tokoh besar yang diasuh hanya oleh seorang ibu. Misalnya Nabi Isa, Nabi Muhammad, Thomas Alva Edison. Tetapi tokoh besar yang hanya diasuh oleh seorang ayah, kita akan agak lama berpikir menyebutkannya. Oleh karena itu, mendidik satu ibu sama dengan mendidik satu generasi.
Kemudian waktunya Pak Dodik bercerita, beliau hanya mengucapkan ada pertanyaan? Hehe.. kemudian sesi tanya jawab pun dimulai. Ada yang bertanya bagaimana cara menurunkan ego suami? Pak Dodik menjawab, tidak perlu diturunkan. Jika ada yang tidak sreg dengan suami, bicarakan, dan buat kesepakatan bersama. Tidak perlu mengubah orang lain, ubahlah diri sendiri terlebih dahulu.
Lalu ada mantra-mantra IIP:
1. 4E (Enjoy, Easy, Excellent, dan Earn), untuk membangun passion dan keahlian, baik untuk anak maupun diri sendiri.
2. Tips membangun keluarga: main bareng, ngobrol bareng, aktivitas bareng.
Ada juga yang bertanya tentang kuliah Bunsay, dimana anaknya tidak mau difoto. Bu Septi menjawab agar berkomunikasi terlebih dahulu kepada anak agar saat anak beraktivitas, Bunda izin memfoto. Lalu sepakati juga waktu gadget atau saat Bunda mengerjakan tugas tersebut, dengan anak dan suami. Kelas Bunda Sayang adalah sarana dimana mempraktikkan ilmu yang didapat, tidak sekedar membaca dan kemudian kebingungan menerapkannya. Atau istilahnya badai/tsunami informasi parenting.
Hadir juga Mba Enes lho.. Putri pertama dari Bu Septi dan Pak Dodik ini cantik dan murah senyum sekali. Awalnya hanya dihubungi lewat telepon oleh panitia, ala-ala surprise di TV, eh ternyata hadir juga di acara. Kemudian mba Enes juga sharing dan menjawab pertanyaan. Salah satunya pertanyaan: apa yang diingat mba Enes tentang pola asuh Ibu & Bapak? Mba Enes menjawab tentang "bola tenis". Saat sekitar usia SD kelas 1 atau 2, mba Enes menangis. Kemudian bapak datang membawa bola tenis dan memantulkannya di lantai. Lalu Bapak bertanya: bagaimana bila bola tenis ini dilemparkan ke bantal? Mba Enes menjawab: tidak akan memantul.. Lalu Bapak bilang: itulah mengapa Bapak tidak memberikan kemudahan dan yang enak-enak untuk Enes, agar Enes dapat memantul seperti bola tenis. Mba Enes juga ingat bahwa Bapak dan Ibu selalu satu suara. Tidak ada misalnya oleh Ibu tidak boleh, lalu oleh Bapak boleh, ataupun sebaliknya.
Me and Mba Enes
Fyuuuh.. panjang juga ya. Sebelum ke kesimpulan, MC bagi-bagi doorprize. Banyak banget doorprize-nya. Mantab! Kemudian tiba pada kesimpulan dari Pak Dodik dan Ibu Septi. Dari Pak Dodik: perubahan dunia semakin cepat, anak harus dipersiapkan agar adaptif dan tidak gagap akan perubahan. Kuatkan di dalam keluarga agar terbiasa dengan perubahan, baru dapat berkarya keluar. Dari Bu Septi: Coba sebutkan pekerjaan yang 5-10 tahun lalu tidak ada, kini ada? Oleh karena itu pendidikan pun layaknya berubah.
Education 1.0: I know, you don't know, I teach you
Education 2.0: I know, you know, let's discuss
Education 3.0: You know better, let me hear
Acara pun dilanjutkan dengan penyerahan hadiah kepada Bapak, Ibu, dan Mba Enes dari rumbel dan sponsor. Lanjut doorprize dan kuis. Lalu pengumuman untuk mengumpulkan bendera di setiap stand yang dikunjungi. Peserta dengan jumlah bendera terbanyak akan mendapatkan hadiah. Kemudian peserta bebas istirahat, sholat, dan makan siang. Sesi terakhir berfoto bersama pengurus, panitia, Bu Septi, Pak Dodik, dan mba Enes tentunya.
Yang ini bersama Mba Saroh (Banten), Mba Finny (Bogor), Uni Eci, dan Mba Efi (Jakarta)